Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat. Pemenang Lomba Artikel Aviasi Kompasiana 2025, Pemenang Artikel Kolaborasi Bersama Pakar-Kompasiana 2025, Pemenang--Artikel Terpilih, Mudik Bareng KAI-Kompasiana. 2025. Pemenang 2 lomba menulis Harkitnas ClicKompasiana 2025.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Solusi Menikah Transaksional Saat Krisis, Berkah, atau Bibit Toxic Relationship?

9 April 2025   20:23 Diperbarui: 21 April 2025   06:21 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menikah saat krisis ekonomi-kompas.com

Siap menikah saat krisis-Kompas Lifestyle
Siap menikah saat krisis-Kompas Lifestyle

Konsep "In this economy" belakangan banyak diperbincangkan netizen di media sosial. Intinya membahas soal  maraknya soal diskursus kondisi ekonomi yang sulit yang dianggap ikut mempengaruhi banyak keputusan termasuk soal menikah.

Segala keputusan sesuatunya dikaitkan dengan ekonomi. Mulai dari urusan belanja, hingga merencanakan masa depan, yang tidak bisa dipisahkan dari situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Nah dalam situasi blunder begitu, apakah menikah menjadi solusi yang tepat atau justru sebuah keputusan yang terlalu terburu-buru?.

Apakah tidak menjadi bibit toxic relationship-hubungan yang tidak didasari nalar waras jika terus dipertahankan karena bisa menjadi racun rumah tangga.

Bagaimana yang meyakini keputusan menikah justru menjadi "lahan" masuknya rezeki, terutama yang berkeyakinan menikah adalah sebuah sunnah "pembuka" pintu rezeki.

tunawisma menikah-kompas.com
tunawisma menikah-kompas.com

Menikah di Tengah Krisis Ekonomi

Memang dilematis rasanya, jika dalam kondisi ekonomi sulit justru dihadapkan pada pilihan untuk menikah. Dalam situasi normal saja rasanya rezeki sulit diraih, konon lagi saat ekonomi syulit sekarang ini.

Bagi yang belum memutuskan untuk menikah, situasi ekonomi yang penuh ketidakstabilan seringkali menjadi pertimbangan besar. Mengingat biaya hidup yang semakin tinggi, harga kebutuhan pokok yang tidak menentu, serta tantangan karier yang tidak lagi seberat beberapa dekade lalu, menikah bukan lagi sekadar pilihan emosional. Banyak yang melihatnya sebagai keputusan transaksional.

Nah lho, artinya mereka dengan cermat mempertimbangkan berapa banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan menikah, seolah seperti penghasilan ganda dalam sebuah rumah tangga atau penghematan biaya hidup.

Tentu saja hal itu bisa dimaklumi, tak semua orang berpikir sama dan sederhana. Ada yang menganggapnya sebagai hal yang rumit---kompleks.

Tapi dalam konteks ini, menikah juga bisa menjadi pilihan yang rasional karena dua kepala lebih baik daripada satu. Pendapatan gabungan bisa saling membantu menutupi kekurangan dan kelebihan sebuah keluarga dalam mengatasi tekanan biaya hidup yang semakin tinggi.

Selain itu, peran pasangan dalam saling mendukung---baik secara finansial maupun emosional---terbukti memberikan kekuatan ekstra dalam menghadapi tantangan. Tapi apakah semua pasangan siap dan sepakat mengatasi masalah itu bersama-sama dalam kondisi ekonomi saat ini yang tidak cukup stabil untuk membuat keputusan semacam itu?.

bekerjasama antar pasangan-lovepic
bekerjasama antar pasangan-lovepic

Menikah Sebagai Jalan Keluar dari Masalah Ekonomi?

Ada yang bilang menikah sebagai solusi keluar dari jeratan masalah ekonomi. Bagaimana logikanya?. Bagi mereka yang sudah menikah, situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian ini bisa menjadi ujian berat dalam mempertahankan kehidupan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun