Komposter ember tumpuk ini bisa menjadi salah satu inovasi yang bisa diterapkan di Sekolah Hijau untuk menghasilkan pupuk cair-padat organik yang dibuat dari ember tumpuk, yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga menjadi sarana pembelajaran yang menarik bagi siswa.
Selama ini kita tahu Sekolah Hijau menjadi cara kita mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum, serta menciptakan lingkungan sekolah yang ramah terhadap alam. Banyak sekolah melalui program wiayata sekolah telah memiliki kebun sekolah yang tidak hanya indah, tetapi juga memberikan manfaat edukatif bagi siswa. Ruang itu menjadi tempat belajar siswa tentang berbagai jenis tanaman, sistem ekosistem, serta pentingnya pola pertanian yang ramah lingkungan.
Melalui konsep Sekolah Hijau itu juga, siswa didorong untuk terlibat langsung bagaimana cara menjaga alam sekitar, mulai dari mendaur ulang sampah hingga memanfaatkan limbah organik untuk keperluan sehari-hari. Salah satu cara yang efektif adalah dengan mengajarkan mereka cara membuat pupuk organik cair-padat dari bahan yang tersedia di sekitar mereka, seperti sisa-sisa makanan dan limbah organik lainnya.
Seperti penjelasan dari akun Mewalik, pembautan Pupuk Cair-Padat Organik dari Ember Tumpuk, adalah inovasi yang mudah dan efektif, tidak ribet terutama jika kita terapkan di sekolah. Apalagi hasilnya saat bermanfaat sebagai salah satu solusi terbaik untuk menjaga kesuburan tanah tanpa merusak ekosistem. Pupuk organik cair dan padat yang berasal dari limbah organik memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan kualitas tanah, merangsang pertumbuhan tanaman, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang dapat merusak lingkungan.
Metode inovatif ini mudah, karena prosesnya memanfaatkan limbah, menggunakan bahan baku bahan bekas, hanya memanfaatkan pencampuran limbah bahan organik seperti sisa sayuran, kulit buah, daun kering, dan sisa makanan ke dalam ember. Bahan ini akan mengalami proses fermentasi dan pembusukan yang menghasilkan pupuk organik padat dan cair selama beberapa minggu.
Ini akan menjadi bentuk pembelajaran praktis yang menarik karena dengan terlibat langsung dalam pembuatan pupuk organik, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga keterampilan praktis dalam mengelola limbah organik. Selain membantu mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), dengan memulai kebiasaan mengelola limbah dan membuat pupuk organik, siswa bisa membawa kebiasaan tersebut ke rumah mereka, mengedukasi keluarga tentang pentingnya keberlanjutan dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana.
Semakin banyak yang mengetahui cara pembuatannya, akan semakin banyak orang yang bisa berkontribusi baik bagi lingkungan.
Harapan sederhananya tentu saja agar dengan pengetahuan baik yang sederhana ini bisa ditularkan kepada semakin banyak orang. Siapa tahu di masa mendatang model praktik baik ini bisa menjadi sebuah gerakan besar di mulai dari masing-masing rumah kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI