Menurut Healthline, anak dengan speech delay mungkin berusaha berbicara tetapi mengalami kesulitan dalam membentuk suara dengan benar. Dalam beberapa kasus, keterlambatan ini bisa menjadi bagian dari pola perkembangan anak yang normal. Sehingga para orang tua tidak perlu langsung panik ketika menemukan masalah ini pada anak-anak mereka.
Begitu muncul dari balik panggung megah American Got Talent (AGT) 2022, Amanda Mammana, kontestan asal Connecticut, langsung disambut riuh tepuk tangan seluruh penonton. Namun penonton yang awalnya riuh sontak terdiam, ketika Amanda memperkenalkan diri dengan tergagap.
"Saya Amanda," ujar Amanda singkat. "Saya dari Connecticut," lanjutnya. "Saya mengalami keterlambatan bicara!" ujarnya dengan terbata.
Namun begitu mulai bernyanyi diiringi gitarnya, nyaris seluruh tekanan akibat keterlambatan bicara atau speech delay itu lenyap. Keempat juri langsung standing ovicion-bertepuk tangan sambil berdiri, merasa takjub dengan penampilannya. Ya, hobi menyanyinya ternyata menjadi salah satu cara terapi yang membuat Amanda terbebas dari speech delay.
Ayah yang mendampinginya saat kompetisi itu sangat mendukung impian Amanda untuk bisa tampildi AGT 2020.
Apa sebenarnya speech delay?. Apa yang menyebabkan anak-anak seringkali mengalami gangguan tersebut?. Apakah bisa membuatnya lebih buruk hingga kesulitan bicara saat dewasa atau bisa kita atasi dengan terapi tertentu?.
Banyak orang tua menguatirkan kondisi tersebut, ketika anak-anak mereka mengalami kesulitan berbicara, padahal anak-anak sebaya lainnya sudah pintar berceloteh.
Mengetahui sejak awal bagi para orang tua sangat berguna untuk membantu anak-anak terbebas dari gangguan tersebut, yang seringkali membuat anak-anak kehilangan rasa percaya dirinya.
Bagaimanapun setiap anak sebenarnya berkembang dengan kecepatan yang berbeda, tetapi ada tahapan perkembangan yang bisa menjadi acuan para orang tua.
Jika seorang anak belum mencapai milestone tertentu dalam berbicara, kondisi ini bisa disebut sebagai speech delay atau keterlambatan bicara.
Teman seorang sahabat saya dulu mengalami speech delay hanya karena ia terlalu sering berinteraksi dengan gadget. Akibatnya ia menjadi lebih sering menonton, mendengar dan hal itu ternyata lambat laun membuatnya kesulitan bicara. Tapi dengan terapi khusus, semuanya bisa diatasi.
Teman yang lain juga mengalami masalah yang kurang lebih sama. Namun ternyata penyebabnya justru gangguan di telinga yang membuatnya kesulitan mendengar.
Dua kasus tersebut menunjukkan bahwa speech delay bisa saja disebabkan oleh dua hal yang berbeda.
Speech delay sebenarnya sebuah kondisi ketika seorang anak mengalami keterlambatan dalam berbicara dibandingkan dengan anak seusianya. Ini berbeda dengan keterlambatan bahasa (language delay), di mana anak mungkin bisa mengucapkan kata-kata tetapi kesulitan memahami atau menggunakannya dalam komunikasi.
Tapi yang harus kita cermati, ada juga kondisi tertentu yang bisa menyebabkan speech delay dan memerlukan intervensi lebih lanjut, karena bisa jadi penyebabnya lebih rumit dari sekedar sebuah gangguan penyakit.
Dalam tahapan perkembangan bicara, setiap anak memiliki ritme perkembangan yang unik. Namun, ada tahapan umum yang bisa menjadi panduan bagi orang tua: Usia 0--1 tahun: bayi mulai mengoceh, tertawa, dan merespons suara.
Pada usia sekitar 1 tahun, mereka biasanya sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata sederhana seperti "mama". Usia 1--2 tahun: anak mulai memahami nama-nama benda, mengikuti instruksi sederhana, dan mulai menggunakan kombinasi dua kata, seperti "mau susu".
Usia 2--3 tahun: anak semakin banyak berbicara dan menggunakan sekitar 1.000 kata. Mereka mulai bisa menyusun kalimat sederhana dan menyebutkan nama benda di sekitar mereka.
Nah, jika dalam perkembangan seorang anak hingga berusia 2 tahun belum bisa mengucapkan setidaknya 50 kata atau belum membentuk frasa dua kata, kondisi ini bisa menjadi tanda speech delay.
Jadi Apa Sebenarnya Penyebab Speech Delay yang harus kita ketahui?
Apa faktor yang menyebabkan anak mengalami speech delay. Apakah ada faktor psikologis seperti anak mendapat tekanan dari orang tuanya yang terlalu over protektif, temperamental dan lainnya?. Atau karena jenis penyakit tertentu yang menyerang mulut atau bagian tubuh yang berdampak pada kemampuannya berbicara?.
Menurut para pakar, di antara penyebab speech delay ternyata juga disebabkan adanya gangguan pada mulut atau lidah.
Beberapa anak mengalami kesulitan berbicara karena adanya masalah pada lidah atau langit-langit mulut. Salah satu kondisi yang bisa menyebabkan ini adalah ankyloglossia (tongue-tie), yaitu kondisi di mana lidah terlalu terikat ke dasar mulut sehingga membatasi pergerakannya.
Sehingga kita harus memahami dulu apa yang menjadi penyebabnya gangguan pendengaran anak, karena gangguan pendengaran sering menyebabkan keterlambatan bicara. Anak kesulitan mendengar dan meniru suara dengan benar.
Jika seorang anak tidak merespons suara atau tidak bereaksi terhadap namanya, ini bisa menjadi tanda gangguan pendengaran.
Kurangnya stimulasi Lingkungan yang kurang mendukung perkembangan bahasa, seperti minimnya interaksi verbal antara orang tua dan anak, juga dapat menyebabkan speech delay. Apalagi anak-anak sebenarnya belajar berbicara pada awalnya dengan meniru suara dan bahasa yang mereka dengar di sekitarnya.
Penyebab lainnya adalah gangguan spektrum autisme (ASD). Anak dengan autisme sering mengalami kesulitan dalam komunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Beberapa tanda yang sering muncul adalah echolalia (mengulang kata atau frasa tanpa memahami artinya), kesulitan dalam interaksi sosial, serta keterlambatan dalam berbicara dan memahami bahasa.
Gangguan neurologis atau keterbatasan kognitif Beberapa kondisi neurologis, seperti cerebral palsy dan cedera otak traumatis, dapat memengaruhi kemampuan anak dalam berbicara. Selain itu, keterlambatan bicara juga bisa menjadi tanda adanya gangguan intelektual.
Kapan Orang Tua Harus Bertindak Jika Menemukan Masalah Speech Delay?
Anak penderita speech delay pada waktuya memanga harus mendapatlkan perawatan yang dibutuhkan, dianogsa dokter akan membantu menemukan penyebabnya.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), anak sebaiknya menjalani evaluasi perkembangan di usia 9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan. Namun, jika orang tua merasa anak memang mengalami gangguan keterlambatan bicara, juga tidak ada salahnya berinisiatif lebih cepat untuk berkonsultasi dengan dokter.
Menurut para dokter di AAP, tanda-tanda yang perlu diwaspadai meliputi: Usia 12 bulan: Tidak menggunakan gerakan seperti menunjuk atau melambaikan tangan. Usia 18 bulan: Lebih sering menggunakan gerakan daripada suara untuk berkomunikasi, atau mengalami kesulitan meniru suara. Usia 2 tahun: Hanya bisa meniru kata atau gerakan tanpa memproduksi kata-kata sendiri, atau tidak bisa mengikuti perintah sederhana. Usia 3 tahun: Kesulitan menyebut nama benda, tidak bisa membentuk kalimat sederhana, atau sulit dipahami bahkan oleh anggota keluarga.
Nah, sebagai orang tua bagaimana tindakan kita untuk mengatasi speech delay?.
Kawan saya yang puteranya bermasalah speech delay membawanya ke sekolah khusus, yang menjalankan terapi khusus.
Apa yang diterimanya di sekolah tersebut adalah terapi wicara yang dilakukan oleh terapis bahasa dan bicara (speech-language pathologist) untuk membantu anak meningkatkan kemampuan berbicara.
Anak secara kontinyu diajak berinteraksi diawali dengan komunikasi yang sederhana tapi intens, begitu yagn saya lihat saat menemaninya mengantarnya ke sekolah khusus tersebut.
Menurut para gurunya terapi ini bisa membantu anak mengejar ketertinggalan sebelum memasuki usia sekolah.
Di sekolah khusus tersebut, para gurunya melakukan intervensi dini, karena speech delay bisa berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi kemampuan sosial, emosional, serta akademik anak. Oleh karena itu, jika anak mengalami keterlambatan bicara, intervensi dini ternyata harus dilakukan sebagai solusinya. Namun dalam kasus putera teman saya, hanya karena kurangnya komunikasi orang tua dan anak.
Kini orang tuanya sangat membatasi interaksi puteranya dengan segala macam alat digital mulai dari gadget, hingga tablet. Stimulasi dari orangtua berperan besar dalam mendukung perkembangan bicara anak.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain: Sering berbicara dengan anak dan menarasikan aktivitas sehari-hari. Menggunakan gerakan tangan dan ekspresi wajah untuk membantu anak memahami kata-kata. Membacakan buku dan mengajak anak bernyanyi. Mengajak anak bermain dengan teman sebaya yang sudah memiliki keterampilan berbicara lebih baik. Bahkan kini saat berkendara di mobil, orang tuanya menghindari menghidupkan tv mobil, atau menggunakan gadget, agar anak terbiasa melihatnya tidak lagi bergantung pada alat-alat tersebut.
Namun jika speech delay disebabkan oleh kondisi lain, seperti gangguan pendengaran atau masalah pada struktur mulut, maka perawatan medis tambahan harus menjadi rujukan solusinya. Termasuk jika penderita speech delay harus menggunakan alat bantu dengar atau prosedur medis tertentu.
Berdasarkan dua pengalaman orang tua yang memiliki anak dengan masalah gangguan speech delay tersebut, saya belajar banyak. Mana kasus yang membutuhkan dukungan terapi wicara dan mana yang harus mendapatkan perawatan lebih intensif. Â Bahkan dengan pengalaman Amanda Mammana yang luar biasa, kita tahu bahwa hobi ternyata bisa membantu mengatasi masalah speech delay seperti yang dialami Amanda.
Namun yang harus menjadi perhatian utama orang tua adalah, agar mewaspadai sejak awal terutama dengan mengkonsultasikan dengan dokter untuk memastikan masalah utama penyebab speech delaynya. Agar bisa memberi solusi, terapi dan dukungan terbaik sebelum terlambat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI