Posisi pintu dapur beradu punggung dengan rumah Bu Dedi. Tembok yang tak terlalu tinggi sangat memudahkan hewan kesayangan keluarga Dedi itu melompat ke halaman dari arah belakang.
"Emangnya apa yang hilang, Ma?"
"Ikan peda sama ayam goreng, Pah."
"Mama letakkan di mana tadi? Di lemari, Pah. Kan rencananya untuk buka nanti."
Kening sang suami berkerut-kerut. Logikanya sedang melawan.
"Hebat, ya kucing sekarang, bisa buka pintu lemari yang tingginya hampir dua meter."
Diana dan Vemy saling melirik.
***
"Mbak, yakin kita mau kasih makanan ini ke Santi dan keluarganya?"
Diana mengangguk. Meskipun cara mendapatkan makanan ini tidak terpuji, gadis itu ingin sekali berbagi. Dia juga iba jika melihat Santi harus mengais sampah dan memakan makanan basi.
Kakak beradik itu sampai di sebuah rumah yang tak layak disebut hunian. Dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu sudah dimakan usia. Jangan tanya isi rumah karena jauh dari bayangan ini adalah sebuah rumah. Bumi menjadi lantainya. Tidak ada perabotan. Hanya ada sebuah dipan dengan kasur kapuk yang tipis. Kondisi di dalam gelap. Tidak ada lampu penerangan di sana.