Di luar cermin, Farah terus membaca mantra, sementara Bayu memegangi liontin cadangan yang mereka temukan dalam buku.
Adit akhirnya berhasil menarik Dina keluar dari kabut. Bersamaan dengan itu, cermin retak dengan suara keras.
Mereka berdua terlempar keluar dari cermin, jatuh di lantai rumah tua itu. Farah dan Bayu segera menghampiri mereka.
Rumah itu mulai bergetar, seperti hendak runtuh. "Kita harus keluar sekarang!" teriak Bayu.
Mereka berlari keluar, dan begitu mereka melewati pintu, rumah itu runtuh menjadi debu, meninggalkan tanah kosong.
Keempat sahabat itu terengah-engah, memandang rumah yang kini tidak ada lagi. Dina memeluk mereka erat. "Terima kasih telah menyelamatkanku," katanya dengan suara bergetar.
"Ini bukan hanya tentang menyelamatkanmu," kata Adit. "Kita juga menyelamatkan diri kita sendiri."
Sejak saat itu, tidak ada lagi mimpi buruk atau suara aneh. Desa itu kembali damai, dan keempat sahabat itu semakin dekat satu sama lain.
Dina sering merenung, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di dalam cermin. Namun ia tahu, ia tidak perlu lagi mencari jawabannya.
Farah menyimpan liontin itu di tempat aman, sementara Adit dan Bayu sepakat untuk tidak pernah membicarakan kejadian itu kepada siapa pun.
Hari demi hari berlalu, dan mereka mulai melupakan rasa takut yang dulu begitu menghantui mereka.