Mohon tunggu...
Rindi Atika
Rindi Atika Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya menonton, traveling, dan baca novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pintu yang Tidak Pernah Terkunci

31 Januari 2025   14:14 Diperbarui: 31 Januari 2025   14:14 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adit menarik Dina menjauh dari cermin. "Siapa kau?" tanyanya dengan suara keras, meskipun ia sendiri merasa takut. Suara itu tertawa pelan, seperti mengolok-olok keberanian Adit.

"Aku adalah bagian dari rumah ini, bagian dari setiap rahasia yang tidak pernah kau pahami. Kalian telah membuka pintu yang tidak seharusnya dibuka," jawab bayangan itu.

Farah, yang selama ini hanya diam, mendekati Adit dan Dina. "Kita harus pergi dari sini sekarang," bisiknya. Namun saat ia mencoba melangkah mundur, pintu yang tadi terbuka lebar kini tertutup rapat dengan sendirinya.

"Aku tidak akan membiarkan kalian pergi begitu saja," lanjut suara itu. "Kalian sudah masuk ke duniaku. Hanya ada satu cara untuk keluar."

"Dan apa itu?" tanya Dina dengan suara bergetar.

"Cermin ini memerlukan sesuatu darimu, jiwa yang berani menanggung bebannya," jawab bayangan itu. "Salah satu dari kalian harus tinggal di sini untuk selamanya."

Bayu, yang sedari tadi tidak berkata apa-apa, akhirnya angkat bicara. "Tunggu! Tidak ada yang akan tinggal di sini. Pasti ada cara lain." Ia mencoba menendang cermin, tetapi tidak ada efek apa-apa.

"Jangan bodoh!" suara itu menggelegar, membuat Bayu terlempar ke belakang. Ia mengerang kesakitan sambil memegangi lengannya yang lebam.

Farah mendekati cermin dengan langkah hati-hati. "Apa yang kau maksud dengan'menanggung beban'?" tanyanya. Suara itu tertawa lagi, kali ini lebih keras.

"Jika salah satu dari kalian menawarkan dirinya, ia akan menjadi penjaga baru rumah ini, selamanya," jelas suara itu. "Tapi jika kalian menolak, aku akan mengurung kalian semua di sini."

Hening menyelimuti ruangan. Keempat sahabat itu saling berpandangan, mencoba mencari jawaban di mata satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun