Mohon tunggu...
Rindi Atika
Rindi Atika Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi saya menonton, traveling, dan baca novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pintu yang Tidak Pernah Terkunci

31 Januari 2025   14:14 Diperbarui: 31 Januari 2025   14:14 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mereka melangkah keluar, pintu itu tertutup dengan suara keras. Rumah itu tampak seperti biasa, tidak ada tanda-tanda keanehan.

Namun di dalam, Dina berdiri di depan cermin, menatap bayangan dirinya yang kini menjadi satu dengan cermin itu. Ia tahu, ia telah menjadi bagian dari rahasia rumah itu, penjaga pintu yang tidak pernah terkunci.

Adit, Farah, dan Bayu berdiri di luar rumah dengan air mata mengalir. Mereka tahu, Dina telah berkorban untuk mereka.

Sejak malam itu, rumah tua itu kembali sunyi, dengan pintu yang tetap tidak pernah terkunci.

Hari-hari setelah malam itu berjalan berat bagi Adit, Farah, dan Bayu. Mereka sering berkumpul di tepi bukit, memandangi rumah tua itu dari kejauhan. Farah merasa bersalah karena tidak bisa menghentikan Dina, sementara Bayu terus menyalahkan dirinya yang ceroboh.

"Apa yang sebenarnya kita lakukan? Kita bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada Dina di sana," kata Farah suatu hari. Ia terlihat lelah, matanya bengkak karena terlalu banyak menangis.

Adit mengepalkan tangan. "Kita akan mencari tahu. Dina tidak mengorbankan dirinya hanya untuk kita menyerah."

Namun, mereka tidak berani mendekati rumah itu lagi. Setiap kali mereka mencoba, udara di sekitarnya terasa berat, seolah-olah rumah itu menolak kehadiran mereka.

Malam-malam mereka dipenuhi mimpi buruk. Adit bermimpi melihat Dina di balik cermin,memanggil namanya, sementara Bayu mendengar suara-suara aneh yang membisikkan kata-kata yang tidak di mengertinya.

Suatu malam, Farah datang dengan membawa buku tua yang ia temukan di loteng rumah keluarganya. Buku itu penuh dengan catatan tentang rumah tua itu dan sejarah kelamnya.

"Aku menemukannya tadi pagi," kata Farah sambil menunjukkan halaman-halaman yang sudah menguning. "Menurut buku ini, rumah itu adalah tempat ritual kuno. Pintu yang tidak pernah terkunci adalah portal antara dunia kita dan dunia lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun