"Jadi Dina ada di dunia lain?" tanya Bayu dengan nada penuh rasa takut.
Farah mengangguk. "Mungkin saja. Tapi ada satu bagian yang menarik, ritual itu bisa dibalik."
Adit langsung tertarik. "Bagaimana caranya?
Farah menunjuk ke salah satu halaman. "Kita harus masuk lagi ke rumah itu, tapi kali ini membawa sesuatu yang disebut 'Penawar Cermin'."
Bayu menggeleng cepat. "Kau gila? Kita hampir kehilangan nyawa waktu itu! Dan sekarang kau mau kita masuk lagi?"
"Bayu, Dina ada di sana. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja," kata Adit dengan tegas.
Setelah berdiskusi panjang, mereka akhirnya setuju untuk mencoba. Farah yakin bahwa "Penawar Cermin" adalah sebuah benda kecil berbentuk liontin yang pernah dimiliki neneknya.
Keesokan harinya, mereka menemukan liontin itu di antara perhiasan tua milik keluarga Farah. Liontin itu berbentuk sederhana, dengan batu kecil berwarna biru di tengahnya.
Malam itu, mereka kembali ke rumah tua dengan liontin di tangan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi tekad mereka sudah bulat.
Ketika mereka membuka pintu, suara gemuruh menyambut mereka. Udara di dalam terasa lebih dingin dari sebelumnya. Cermin besar itu masih ada di tengah ruangan, kali ini memancarkan cahaya redup.
Suara itu muncul lagi. "Kalian kembali? Apa yang kalian cari?"