Andai aku burung bebas,
Aku takkan menyebar sayap ke mana-mana.
Aku akan menakar angin,
Memilih arah yang paling lembut,
Dan terbang hanya ke rumahmu.
Bukan karena aku tak kenal cakrawala,
Tapi karena ada sesuatu di sana,
Yang membuat langitku berhenti mencari.
Suaramu, yang jadi kompas,
Senyummu, yang jadi pendar pendaran di sayapku.
Di atas genting dan lampu kota,
Aku akan menukik melewati rindu-rindu yang menunggu.
Menyulam jarak dengan tiap kepakan,
Mengirim doa yang tak sempat terucap.
Kalau badai mengguncang, aku tahan angin,
Kalau malam menutup jalanku, aku jadi penerang kecil.
Sebab terbang untukmu bukan soal bebas dari takut,
Melainkan keberanian memilih satu tujuan yang pantas diperjuangkan.
Andai aku burung bebas,
Aku tetap punya rumah di hatimu.
Rumah yang kutuju setiap kali lelah ingin mendarat,
Rumah yang kupilih meski langit memanggil seribu warna.
Dan bila suatu hari kau membuka jendela,
Kau akan melihat jejak sayapku.
Bukan sebagai penagih atau janji kosong,
Melainkan sebagai bukti.
Aku memilih hadir, aku memilih bertahan,
Aku memilih pulang, lagi dan lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI