Andai hatimu punya pintu darurat,
Aku yang pertama keluar.
Bukan karena aku kalah,
Bukan karena cintaku kurang dalam.
Tapi karena aku tahu,
Bertahan di ruang yang membakarku perlahan,
Bukanlah bukti ketulusan,
Melainkan bentuk tersakiti secara diam-diam.
Aku pernah mencoba bertahan,
Menyiram apimu dengan sabar,
Menutup retakmu dengan doa.
Menganggap lukaku sendiri,
Hanya harga kecil dari mencintaimu.
Tapi aku lupa,
Cinta tak seharusnya membuatku padam.
Cinta seharusnya jadi rumah,
Bukan penjara dengan alarm yang tak pernah berhenti.
Andai hatimu punya pintu darurat,
Aku akan menekan tuasnya tanpa ragu.
Membiarkan semua kenangan runtuh di belakang,
Dan berlari menuju udara segar,
Yang selama ini kutolak hirup.
Keluar darimu bukan akhir,
Keluar darimu adalah permulaan.
Permulaan untuk mengenali diriku sendiri,
Untuk menyadari bahwa aku pantas,
Dicintai tanpa harus terbakar panasnya api cinta.
Dan meski hatimu tetap terkunci,
Aku sudah menemukan jalanku.
Karena ada satu pintu yang tak pernah bisa kau rebut,
Pintu keyakinanku,
Bahwa aku layak selamat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI