Anak yang menunjukkan gejala ringan tidak berarti tidak sakit sama sekali, lho. Ini kita belum bicara tentang transmisi virus di antara anak-anak. Atau apa yang harus kita lakukan jika anak-anak tanpa disadari menjadi carrier yang dapat membahayakan kesehatan keluarga mereka di rumah atau kesehatan guru dan keluarga mereka.
Dokter anak kami tadi menekankan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) supaya sekolah jangan dibuka dulu. Tahun ajaran boleh dimulai, tapi pembelajaran kalau masih bisa jarak jauh, ya optimalkan itu saja dulu.Â
PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) memang tidak seefektif dan seefisien KBM normal di sekolah, tapi tidak berarti mustahil berjalan dan mustahil diperbaiki terus prosesnya.
Jangan juga salah kaprah seperti komisi apa tuh yang membuat survei di Facebook dan petisi online mendesak pemerintah supaya tidak membuka sekolah pada tanggal 13 Juli.
Saya hanya meringis waktu dikirim undangan untuk ikut petisi online itu tiga kali kemarin. Yang pertama, apa hasil survei di Facebook bisa dipertanggung jawabkan kesahihannya? Apa akun yang ikut survei sudah divalidasi sebagai akun manusia, dan bukan akun robot? Jika hal basic seperti ini saja belum bisa diverifikasi, maka komisi itu sudah mengambil sampel dari kolam populasi yang salah.
Lagipula, petisi online itu tidak sah tanpa tanda tangan basah. Kalau mau petisi, ajukan saja ke sekolah anak setiap orang, rembukkan solusi yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan semua orang yang terlibat di sekolah, mulai dari guru, murid, dan orangtua.
Poin yang kedua, tanggal dimulainya tahun ajaran baru tidak otomatis sama dengan tanggal dimulainya KBM. Sebagai contoh, sekolah anak saya selalu memundurkan KBM satu minggu dari tanggal yang diputuskan pemerintah. Pertimbangannya adalah supaya lalu lintas tidak menumpuk di area sekitar sekolah yang juga ditempati oleh sekolah-sekolah lain. Selain itu, satu minggu adalah waktu persiapan mengajar untuk para guru.
Entah bagaimana ada salah kaprah kalau pemerintah mengharuskan sekolah dibuka kembali tanggal 13 Juli. Sudah salah kaprah, heboh, dan grasak-grusuk pula membuat atau bergabung dengan petisi online. Padahal semua kegaduhan tidak perlu, ini bisa distop dengan satu cara saja: baca informasi yang beredar dengan teliti. Ragukan dan pertanyakan semua informasi, jangan telan bulat-bulat.
Perbincangan kami tadi diakhiri dengan sebuah kesepakatan. Kita bisa sama-sama berdoa pandemi ini cepat berlalu, tapi selama puncaknya belum kelihatan kita harus berusaha memutus rantai penyebaran. Jangan hanya berdoa dan berharap saja, lakukanlah sesuatu.
Kalau protokol new normal mengharuskan setiap orang memakai masker dan menjaga jarak untuk mengurangi penularan virus lewat droplet, kerjakanlah dengan sepenuh hati.Â
Jangan berpikir new normal berarti kembali ke kehidupan kita sebelum pandemi yang hobi batuk tanpa ditutup dan berkerumun. Itu mah namanya tidak bisa move on, Masbro.