Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Vaksinasi Anak di Tengah Pandemi

30 Mei 2020   19:11 Diperbarui: 3 Juni 2020   11:28 1902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksinasi pada anak di tengah pandemi (Sumber gambar: Shutterstock)

Poliklinik eksekutif yang tadi kami datangi juga diisi dengan banyak orang. Mereka memberi jarak antar kursi tunggu, tapi tidak membatasi jumlah orang maksimal yang dapat berada di dalam satu ruangan yang sama.

Setibanya kami di sana kami pun tidak langsung dipanggil walau rekam medis sudah ada. Kami menunggu sekitar 15 menit lagi sebelum bisa masuk ke ruang prakter dokter. 

Saya mengerjakan sendiri penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan anak-anak saya untuk meminimalkan kontak dengan para perawat.

Bersama anak-anak menunggu vaksinasi di RS (Dokumentasi pribadi)
Bersama anak-anak menunggu vaksinasi di RS (Dokumentasi pribadi)
Bagaimana ya protokol di RS lain? Saya jadi ingin tahu.

Dokter anak yang kami kunjungi adalah dokter kami selama lima tahun terakhir. Orangnya sangat ramah dan senang berdiskusi tentang kesehatan anak-anak dan tentang pandemi. Hal pertama yang dia tanyakan adalah kapan sekolah anak-anak saya akan dibuka kembali.

Kebetulan satu jam sebelum saya pergi ke RS saya menerima email dari pihak sekolah. Tahun ajaran baru akan dimulai tanggal 13 Juli, sedangkan kegiatan belajar mengajar tanggal 20 Juli. 

Siswa SMP dan SMA akan meneruskan belajar dari rumah, sedangkan siswa TK dan SD akan masuk sekolah, saya kutip di sini, "untuk beradaptasi secara bergiliran dengan prosedur kesehatan yang ketentuan yang ditetapkan".

Bentuk adaptasi dan prosedur kesehatan yang akan ditetapkan belum jelas. Wajar jika orangtua yang anaknya duduk di bangku TK dan SD langsung keberatan. Siswa SMP dan SMA lebih bisa diberitahu soal etika batuk, kebersihan tangan, menjaga jarak, dsb.

Bagaimana dengan siswa TK dan SD? Membuat mereka memakai masker dalam waktu lama akan menjadi tantangan tersendiri. Bisa-bisa guru dan orangtua merasa tertekan dan terganggu ketenangan jiwanya karena harus terus-menerus mengingatkan anak-anak.

Saya mendiskusikan ini dengan dokter anak saya. Menurut beliau, ada penelitian dari epidemiologis yang menyimpulkan bahwa anak usia sekolah TK dan SD sebagai kelompok yang menunjukkan gejala Covid-19 yang paling ringan.

Mendengar kata penelitian kontan saya bertanya. Penetapan populasinya bagaimana? Pengambilan sampelnya bagaimana? Tingkat kepercayaannya berapa? Salah mengambil data bisa berujung salah menarik kesimpulan dan salah mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun