Poliklinik eksekutif yang tadi kami datangi juga diisi dengan banyak orang. Mereka memberi jarak antar kursi tunggu, tapi tidak membatasi jumlah orang maksimal yang dapat berada di dalam satu ruangan yang sama.
Setibanya kami di sana kami pun tidak langsung dipanggil walau rekam medis sudah ada. Kami menunggu sekitar 15 menit lagi sebelum bisa masuk ke ruang prakter dokter.Â
Saya mengerjakan sendiri penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan anak-anak saya untuk meminimalkan kontak dengan para perawat.
Dokter anak yang kami kunjungi adalah dokter kami selama lima tahun terakhir. Orangnya sangat ramah dan senang berdiskusi tentang kesehatan anak-anak dan tentang pandemi. Hal pertama yang dia tanyakan adalah kapan sekolah anak-anak saya akan dibuka kembali.
Kebetulan satu jam sebelum saya pergi ke RS saya menerima email dari pihak sekolah. Tahun ajaran baru akan dimulai tanggal 13 Juli, sedangkan kegiatan belajar mengajar tanggal 20 Juli.Â
Siswa SMP dan SMA akan meneruskan belajar dari rumah, sedangkan siswa TK dan SD akan masuk sekolah, saya kutip di sini, "untuk beradaptasi secara bergiliran dengan prosedur kesehatan yang ketentuan yang ditetapkan".
Bentuk adaptasi dan prosedur kesehatan yang akan ditetapkan belum jelas. Wajar jika orangtua yang anaknya duduk di bangku TK dan SD langsung keberatan. Siswa SMP dan SMA lebih bisa diberitahu soal etika batuk, kebersihan tangan, menjaga jarak, dsb.
Bagaimana dengan siswa TK dan SD? Membuat mereka memakai masker dalam waktu lama akan menjadi tantangan tersendiri. Bisa-bisa guru dan orangtua merasa tertekan dan terganggu ketenangan jiwanya karena harus terus-menerus mengingatkan anak-anak.
Saya mendiskusikan ini dengan dokter anak saya. Menurut beliau, ada penelitian dari epidemiologis yang menyimpulkan bahwa anak usia sekolah TK dan SD sebagai kelompok yang menunjukkan gejala Covid-19 yang paling ringan.
Mendengar kata penelitian kontan saya bertanya. Penetapan populasinya bagaimana? Pengambilan sampelnya bagaimana? Tingkat kepercayaannya berapa? Salah mengambil data bisa berujung salah menarik kesimpulan dan salah mengambil keputusan.