Mohon tunggu...
Rifqi Rahman
Rifqi Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Self-Sufficient

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gojek dan Grab sebagai Alat Transportasi Berbasis Daring

22 Juni 2021   21:10 Diperbarui: 22 Juni 2021   21:17 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Transportasi atau kendaraan adalah sesuatu yang penting bagi kelancaran aktivitas manusia. Menurut Undang-Undang, kendaraan dalam pasal 1 angka 7 UU Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan dibagi menjadi dua, yaitu kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Manusia sangat membutuhkan transportasi karena kian meningkatnya aktivitas mereka dari waktu ke waktu. 

Namun, dengan peningkatan kebutuhan akan transportasi (umum) ini tidak disertai dengan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai sehingga transportasi yang ada menjadi tidak efisien. Seharusnya, dengan adanya transportasi diharapkan bisa membantu masyarakat menggunakan waktunya dengan efisien. Sekarang, muncul sistem transportasi baru yaitu transportasi online. Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat para pebisnis berlomba-lomba untuk menciptakan sesuatu melalui teknologi tersebut.

Perubahan sosial adalah perubahan dalam masyarakat yang memengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku individu atau kelompok. Menurut Macionis, perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu. Sedangkan menurut Persell, perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat. Lalu, menurut Ritzer, perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu. Terakhir, menurut Farley, perubahan sosial adalah perubahan perilaku, hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial pada waktu tertentu.

Modernisasi adalah teori yang cenderung menerima perspektif psikologis daripada struktural. Teori ini mempunyai kepribadian khusus yang diduga menjadi ciri masyarakat modern. Kepribadian modern digambarkan sebagai berikut:

  • bebas dari kekuasaan tradisional,
  • antidogmatis dalam berpikir,
  • terbuka terhadap pengalaman baru,
  • yakin terhadap sains dan nalar,
  • berencana, tanggap, berorientasi pada masa depan, mampu menunda kepuasan, dan
  • aspirasi tinggi: berpendidikan, berbudaya, dan profesional.

Modernisasi di bidang ini berarti mendekati ciri-ciri kepribadian khusus tersebut di atas dan menekankan ciri-ciri kepribadian tradisional. Singkatnya, modernisasi meliputi kemampuan yang semakin besar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan masa mendatang; luasnya bidang perhatian dan berkembang potensi empati terhadap situasi dan terhadap orang lain; berkembang apresiasi kemajuan diri, mobilitas; dan meningkatnya pada penekanan masa kini sebagai dimensi waktu yang bermakna dari kehidupan manusia (Eisenstadt, 1983:226).

George Ritzer membahas modernitas dalam karyanya, yaitu McDonaldisasi bersumber dari pemikiran weber mengenai rasionalitas formal.  Rasionalitas formal merupakan proses berpikir actor dalam membuat pilhan mengenai alat dan tujuan. Menurut Ritzer konsep McDonald merupakan contoh lebih baik bagi sistem rasional formal dimana pekerja dan pelanggan didorong untuk beripikir dan mencari cara rasional untuk mencapai tujuan. Ada lima dimensi atau komponen dalam rasionalitas formal:

  • efisiensi, berarti mencari cara yang terbaik dalam mencapai tujuan.
  • prediktabilitas, kemampuan untuk memprediksi
  • kalkulabilitas, lebih menekankan kuantitas daripada kualitas dari produk yang dijual
  • control, dengan menggunakan teknologi non manusia ketimbang manusia
  • irrationality of rationality (ketidakrasionalan)

Giddens melihat dan menganalogikan kehidupan modern seperti panser raksas "juggernaut" Panser raksasa yang sedang melaju hingga taraf tertentu bisa kemudikan, tetapi juga terancam lepas kendali hingga menyebabkan dirinya hancur lebur. Panser raksasa ini akan menghancurkan orang yang menentangnya dan mesti kadang-kadang menempuh jalur yang teratur, namun ia juga dapat sewaktu-waktu dapat berbelok kearah yang tak terbayangkan sebelumnya. 

Perjalanannya bukan sama sekali tidak menyenangkan atau tak bermanfaat; adakalanya memang menyenangkan dan berubah sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi, sepanjang instutusi modernitas ini berfungsi. Kita takkan pernah mampu mengendalikan sepenuhnya baik arah maupun kecepatan perjalanannya. Kitapun takkan pernah merasa aman sama sekali karena kawasan yang dijelajahinya penuh dengan bahaya. Giddens (1990 dalam George Ritzer, 2004:55). Modernitas dalam bentuk panser raksasa ini sangat dinamis, dimana kehidupan modern adalah sebuah 'dunia yang tak terkendali' dengan langkah, cakupan, dan kedalaman perubahannya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan system sebelumnya.

Kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan GO-JEK dan Grab, dua unicorn tersebut sudah cukup lama berada di Indonesia. GO-JEK didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010, sedangkan Grab didirikan oleh Anthony Tan asal Malaysia, Grab pun masuk ke Indonesia tahun 2012. Nadiem Makarim dan Anthony Tan membuat kedua perusahaan transportasi tersebut karena mereka berdua melihat adanya dampak negatif dari tidak efisiennya sistem transportasi pada saat itu. 

Perubahan sosial pasti akan terjadi dan tidak bisa dihindari. Tujuannya mungkin sama, tetapi caranya saja yang berbeda. Manusia dituntut melakukan sesuatu sesuai zamannya. Salah satu karakteristk perubahan sosial adalah ia terjadi sepanjang waktu. Dulu, kalau ingin pergi dari satu tempat ke tempat yang lain, masyarakat menggunakan delman atau becak. 

Sekarang, masyarakat menggunakan mobil, motor, atau transportasi-transportasi umum lainnya. Bersamaan dengan itu, hadir GO-JEK dan Grab untuk memperlancar aktivitas masyarakat yang semakin banyak. Tentu hal ini tidak bisa kita hindari karena perkembangan teknologi memberikan banyak manfaat. Walaupun modernisasi ini memiliki dampak positif, ia juga memiliki dampak negatif. Ada beberapa dampak negatif modernisasi sebagai berikut:

  • Pola hidup masyarakat menjadi konsumtif.
  • Gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan.
  • Sikap masyarakat yang individualistis atau merasa bisa hidup sendiri.

Perubahan sikap masyarakat akibat adanya transportasi online ini bisa kita lihat dari sikap masyarat yang cenderung lebih konsumtif dan tidak mau ribet. Masyarakat menjadi konsumtif karena banyaknya diskon atau promo yang ditawarkan Go-Food atau Grab Food dan cashback yang ditawarkan pembayaran non-tunai di aplikasi ojek online tersebut. Selain itu, masyarakat tidak mau ribet atau tidak mau berusaha untuk mendapatkan sesuatu. Contohnya, saat mau makan. 

Dulu, sebelum makan, mereka hendak masak terlebih dulu, mungkin membeli bahan-bahannya dulu di pasar atau supermarket. Sekarang, kalau mau makan, mereka hanya memesan makanan lewat sentuhan di ponselnya. Mereka menjadi tidak rela keluar rumah untuk membeli makanan yang hendak mereka beli. Hal ini menyebabkan budaya malas gerak yang akan berujung pada kemalasan masyarakat. Masyarakat juga menjadi malas menggunakan angkutan umum, padahal penggunaan angkutan umum dinilai cukup efektif dalam menekan kemacetan, namun pada kenyataannya masyarakat lebih memilih transportasi online yang dinilai lebih efektif dan efisien. 

Jika pada transportasi umum masyarakat perlu berjalan menuju halte pemberhentian dan harus menunggu dahulu sampai transportasi umum tersebut datang, saat turun pun juga masyarakat tidak bisa turun di sembarangan tempat melainkan harus turun pada titik-titik permberhentian tertentu yang menjadikan transportasi menjadi semakin tidak fleksibel. Namun, dengan menggunakan transportasi ojek online, masyarakat cukup membuka ponsel mereka kemudian memesan dan driver ojek pun menjemput mereka dan mengantar sampai tepat ke tempat tujuan mereka.

Menurut saya pribadi, dengan adanya transportasi online, memudahkan aktivitas saya sehari-sehari. Saya cukup sering memakai jasa salah ojek online tersebut dari saya masih SMA. Saya memakai jasa yang mereka tawarkan karena selain hanya mengantarkan saya ke sekolah, saya bisa pesan makanan, membeli pulsa, dan lain-lain. 

Ojek online ini juga fleksibel. Selain mengantarkan ke titik yang diinginkan, kita juga tidak perlu khawatir berdesak-desakan dengan orang lain seperti ketika naik angkot, bus, atau kereta. Dan, tarif atau harga ojek online dari satu titik ke titik yang dituju itu pasti, bayarnya bisa cashless pula. Berbeda jika kita naik angkot, misalnya tarif dari titik A ke titik B berbeda dengan naik angkot dari titik A ke titik C. Lalu, tarif pelajar dan orang dewasa dibedakan. Inilah hal-hal yang terkadang membuat saya kesal ketika menggunakan jasa transportasi umum angkot. 

Waktu saya masih SD, ketika pulang sekolah naik angkot ke rumah dikenakan tarif tiga ribu. Besoknya, saya pulang ke rumah saudara saya dari sekolah. Kebetulan rumahnya agak lebih jauh dari rumah saya. Saat saya sampai di rumah saudara, saya dikenakan tarif lima ribu, padahal sayanya pelajar-pelajar juga. Sama saja dengan ojek konvensional, harganya tidak menentu. 

Ketidakpastian akan tarif yang sering berubah membuat saya kini cenderung memakai jasa ojek online ketimbang angkot. Saya senang dengan keberadaan ojek online ini, karena memudahkan aktivitas-aktivitas yang saya lakukan. Bisa dibilang, saya cukup sering memakai jasa mereka, untuk pergi ke sana kemari dan memesan makanan. Walaupun begitu, terkadang saya juga bisa pergi naik motor sendiri dan keluar rumah untuk memenbeli makanan. Secara keseluruhan, saya senang dengan adanya kedua transportasi online ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun