Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesetiakawanan Sosial adalah Sebuah Rezeki

17 Maret 2023   14:42 Diperbarui: 17 Maret 2023   14:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KTP Si Ayah hilaaaaaang

Pagi tadi, menjalani pelarian , sehabis gerimis. Cukup 5K. Melintasi pedagang melarat. Maksudnya kerupuk melarat. Sampailah di tujuan: pedagang ubi cilembu. Dekat Pasar Pulogadung.

Setelah balik, barulah tahu kalo KTP hilang. Besar sekali dugaan jatuh ketika mengeluarkan uang beli ubi.

Akhirnya pake ojol cuzz balik ke lokasi. Nanya abang ubi cilembu. Abang satu langsung nyahut kalo ga nemu. Abang satunya diem gak nyahut. Si Ayah gak lama di sana, langsung jalan nunduk mencari-cari siapa tahu keberuntungan berpihak di sisinya. Itu pun sambil bersiap-siap pasrah, lalu bikin rencana lapor polisi dan kelurahan. Bikin KTP baru.

Belum lama, ada yang manggil.

'Yang KTP nya Tangerang kan'.

Ditengok, ternyata ibu-ibu berjilbab. Berdua eh bertiga deng. Ditemani si Abang ubi cilembu yang ternyata tadi bukan diam, tapi matanya berbicara kalau dia sedang berpikir. Lalu tadi dia langsung bertindak meninggalkan si Ayah tanpa kata. Ternyata dia menghubungi ibu itu yang menemukan KTP si Ayah.

'Waduh iya. Bener', si Ayah menjawab dengan bahagia. Kebayang kan urusan membuat KTP baru dan laporan kehilangan dan segala yang menyelimutinya langsung hilang.

'Iya, tadinya dia bilang kita anter saja ke alamat. Kasian yang punya KTp. Tapi jauh ternyata. Tangerang', kata si ibu yang satu sambil menunjuk ke ibu satunya. Sepertinya dia jadi juru bicara dengan inisiatif sendiri, karena si ibi yang nemuin cenderung sopan dan pendiem.

Alhamdulillah.

Si Ayah ucapin terimakasih banyak. Dan lalu kita ngobrol. Bagaimana hati-hati mereka yang bersih, empati dan penuh rasa setia kawan sosial. Yang satu, abang penjual ubi, langsung ngehubungi ibu-ibu di seberangnya, meski mungkin saja dia gak kenal. Si ibu yang nemuin berinisiatif baik, meski rencananya terhalang jarak jauh. Si ibu yang bicara dengan riang berbicara seolah senang telah membantu orang yang kehilangan.

Dan.....ketika si Ayah 'ngeupeulan', memberi ucapan terimakasih dalam bentuk uang, si ibu yang nemuin gak mau nerima. Setelah dipaksa, akhirnya nerima. Itu pun dengan akad yang baik 'saya terima ya Pak'.

Akhirnya pamitan ke semua, termasuk menepuk akrab abang penjual ubi itu.

Si Ayah meninggalkan lokasi dengan bahagia. Karena ternyata kesetiakawanan sosial seperti itu sangat berarti. Ada rasa bahagia. Karena kesetiakawanan sosial itu ternyata adalah sebuah rejeki.

Saatnya menularkan karakter seperti itu kepada anak-anak nih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun