Mohon tunggu...
Rifki Alfian Wicaksono
Rifki Alfian Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mencari wadah untuk menitipkan buah pikiran

mahasiswa pertengahan menuju akhir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Perlu Mencaci Orang Lain untuk Peduli terhadap Palestina

20 Mei 2021   00:00 Diperbarui: 20 Mei 2021   00:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: BBC (https://www.bbc.com/)

Beberapa Minggu kebelakang ini kita di gegerkan dengan penyerangan para jamaah di Masjid Al-Aqsa yang sedang i'tikaf di bulan ramadhan kemarin. Dampak dari penyerangan terhadap jammah yang sedang beri'tikaf di Masjid Al-Aqsa tersebut menyebabkan banyak orang terluka dalam peristiwa tersebut. Peristiwa ini sebenarnya adalah buntut dari konflik yang berkepanjangan.

 Dengan adanya teknolgi yang canggih saat ini cepatnya arus informasi di dunia maya membuat berita penyerangan tersebut langsung tersebar di penjuruh dunia khususnya di Indonesia.

Sontak dalam beberapa jam saja muncul penggalangan dana yang dilakukan oleh para artis, influencer serta tokoh-tokoh yang tersohor di seluruh Indonesia. begitu juga NGO (Non-Govermental Organization). Gerakan pengalangan dana untuk korban serangan tentara Israel tersebut juga begitu cepatnya direspon oleh warga internet dengan solidaritasnya.

Gerakan solidaritas terhadap Palestina sangat besar dan terjadi tidak hanya di Indonesia melainkan di berbagai penjuruh dunia dan dengan berbagai cara. Seperti penggalangan dana, unjuk rasa serta berbagai kreatifitas yang ditunjukkan untuk menggambarkan kebebasan Palestina dan mendiskrediktkan Israel.

Dari semua gerakan tersebut yang begitu teramat besar, muncul gerakan yang didasari dengan emosional belaka. Inilah yang membuat penulis agak risih mengamatinya. Penulis sendiri mendukung gerakan-gerakan yang dilakukan atas dasar kesadaran penuh terhadap konflik kemanusiaan yang terjadi di Palestina dan begitu ingin cepat selesai konflik yang berkepanjangan tersebut.

Aliran yang mengedepankan emosi ini sering kali mencemooh orang-orang yang dilihat tidak membantu atau terkesan diam saja. Padahal tidak semua orang memiliki concern (fokus/perhatian) yang sama ataupun memiliki kadar yang sama pula. 

Walaupun ini merupakan keadaan yang memperihatinkan terhadap kemanusiaan namun keadaan-keadaan yang terjadi di Indonesia juga perlu adanya perhatian masyarakat luas seperti halnya di sekala nasional. Yaitu banjir yang melanda Kalimantan Timur yang mengakibatkan warganya mengungsi.

 Tidak hanya itu para warga Desa Wadas, Purworejo yang menolak tanahnya dijadikan tambang karena sangat berpotensi merusak alam yang berkepanjangan. Hingga kita mengetahui cuplikan-cuplikan video pada saat bulan ramadhan lalu terdapat ketegangan antara warga dengan aparat.

Selain itu pada sekala Internasional terdapat beberapa konflik peperangan yang terjadi selain Palestina dan Israel. Yaitu konflik yang terjadi di Yaman pada tahun ini yang menyebabkan keterpurukan disana ditambah dengan wabah Covid-19 yang masih ganas. Namun hal ini senantiasa terlupakan. 

Bahkan hampir 80% warga disana bertahan hidup dengan bantuan kemanusiaan dan sebagian kecil yang mendapatkan bantuan sesuai kebutuhannya (post: @viceind). begitupun etnis Rohingnya yang terancam pengusiran serta pemusnahan di Myanmar.

 Hal ini seharusnya menjadi koreksi juga refleksi bagi kita semua juga untuk penulis pribadi bahwa semua hal yang dilakukan entah atas dasar keyakinan/kepercayaan maupun solidaritas kemanusiaan harus memiliki dasar kesadaran penuh untuk mengendalikan diri sendiri. 

"Karena semua kebaikan juga harus dieksekusi dengan baik pula." Tanpa harus adanya cacian-cacian yang tidak begitu perlu apalagi terhadap orang yang tidak mencaci terlebih dauhulu atau menghina.

 Karena hal itu hanya akan menambah masalah serta pecahnya solidaritas yang dibentuk untuk saling membantu sesama manusia serta lingkungan. Dan jangan sampai karena aliran emosional ini membuat kekacauan dan sangat mudah termakan berita palsu yang begitu banyak tersebuar di media sosial.

 Pada akhirnya, penulis hanya dapat memberikan bahan refleksi bahwasanya semua gerakan dan kepedulian jangan sampai malah berbuah perpecahan karena emosi menjadi bahan bakar utamanya. 

Begitu banyak permasalahan kemanusiaan begitupun lingkungan yang terjadi dan kita sebagai sesama manusia memiliki concern dan kadar yang berbeda dalam memaknai segala sesuatunya. kita sesama manusia memiliki persamaan pandangan yaitu saling membantu serta saling berbagi peran. Sehingga tidak ada rasa marah dan saling mengolok-olok kepada orang lain. 

Semoga apa yang diutarakan penulis menjadi pembelajaran bersama pada situasi sekarang ini dan seterusnya. Kecaman terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan serta pelanggaran Hak Asasi Manusia juga harus terus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun