Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tersaruk di Matamu

15 Mei 2019   08:18 Diperbarui: 15 Mei 2019   08:30 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Tersaruk di matamu yang lapuk, masih ada sisa cinta untuk direguk, setelah hari berlari dari ketiadaan, masih ada kerlip itu sebagai dian, sebelum hujan terburu memadamkannya.

Kucoba menyusun puzzle yang terserak, dari perbedaan menuju penyatuan, dari persamaan menjadi pembekuan, lirih sekali kau berkata ada yang ganjil harus digenapkan, setelah kita menyusun gelap sebelum lelap.

Katamu, perbedaan bukan untuk disatukan, persamaan mesti tak dibekukan, karena yang beda itu berkah, ketika harus melengkapi, adalah aroma kasih tak bertepi.

Dalam bandul waktu, aku mencoba, mengurangkan yang lebih, menambahkan yang minus, ketika aku tersadar menyiram matamu yang lapuk, memaksa ego harus takluk.

Ujungakar 052019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun