Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Ribu Potong Kue

19 Februari 2019   13:03 Diperbarui: 19 Februari 2019   13:27 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia menyendukkan nasi ke piringnya sambil bertanya, "Sudah makan?" Aku mengangguk lesu. Dia tersenyum, seperti pura-pura saja. "Kok manyun begitu?"

"Aku hanya kesal karena ibu dan kakak sama-sama dingin mendengar pesanan kue dua ribu potong itu. Apa yang terjadi, Kak? Apa ada yang dirahasiakan? Kakak batal lamar-lamaran?" kejarku.

"Salah satunya itu!" tekannya. Aku bagai tersambar petir.

"Kenapa?"

"Karena kita harus mengurusi persoalan yang sangat penting, Maya. Jadi, lamar-lamaran dibatalkan sementara. Kalau sudah semua aman, baru direncanakan lebih matang," jelasnya. Tapi penjelasannya bertambah membingungkanku. "Aku akan memberitahumu persoalan besar itu. Sanak-saudara mendiang ayah merencanakan menjual rumah yang kita tempati ini. Dan pembelinya sudah ada. Minggu depan kita harus mengosongkan rumah ini."

Mulutku menganga. Kurasakan ribuan potong kue menerobos masuk ke dalamnya. Oh, Tuhan. Apa yang harus kulakukan? Kata pembatalan apa yang paling baik  kuucapkan kepada Pringa?

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun