Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kamar Tigabelas

12 Januari 2019   23:06 Diperbarui: 13 Januari 2019   00:59 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendadak telepon selular Pramono berbunyi. Dia gugup. Sebuah pesan masuk. Dari Pinto!

Pinto? Apakah dia mempermainkan aku? Batin Pramono. Kalau saja cermin oval itu  tak ditutupnya dengan selimut, gerak-gerik Pinto bisa dia lihat. Diam-diam Pramono membaca sebaris pesan; Anda di mana? Kamar anda belum saya temukan. Thanks!

Berarti lelaki yang bersamanya bukan Pinto. Lalu siapa dia? Jantung Pramono berdegup kencang. Ketika berbalik, lelaki yang mengaku bernama Pinto itu telah berada di belakangnya. Dia memegang tali, dan langsung menjerat leher Pramono.

Pramono meregang nyawa. Sekonyong dilihatnya selimut yang menutupi cermin oval itu terbang. Seberkas cahaya keluar dari sana. Memiliki tangan yang sangat kuat. Lalu menarik tubuhnya ke dalam. Ke negeri penuh cahaya. Sementara orang yang menyadur Pinto, tersenyum di balik cermin oval yang tertutup rapat.

Besok paginya suasana di kamar hotel bernomor tigabelas itu ramai. Sesosok mayat lelaki dengan mulut berbuih ditemukan terbaring di depan cermin oval. Dia adalah Pramono. Polisi yang mengidentifikainya mengatakan bahwa dia mati karena over dosis. "Dia telah memakai morfin lumayan banyak," kata polisi berpangkat ipda itu. Dia menggeleng-geleng. Sementara pemilik hotel yang hadir di situ, pagi-pagi betul telah dihubungi manajer, lalu dia menyuruh tukang mengganti nomor pintu dengan angka empatbelas plus huruf B.

---sekian---

Ref. Foto : pixabay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun