Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sop Brokoli

24 Januari 2021   11:40 Diperbarui: 24 Januari 2021   11:46 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Siapa bilang tetanggaan? Tak usah ojol-ojolan deh. Tuh di depan sudah ada sop brokoli siap santap!" Boy terbahak.

Apa? Oh, Tuhan, brokoli itu beneran sudah anteng menunggu di depan pagar. Bisa kiamat ini! Berapa kali Eppok bilang, mereka jangan pernah lagi bertemu. 

Eppok membenci sop brokoli keras serupa tembok. Heran, entah terbuat dari apa hatinya. Padahal kata-kata Eppok telah berhasil mengalahkan pedasnya cabe setan.

Oya, sebelum melangkah jauh, kenalkan, brokoli itu bernama Ello, anak baru Gang Ribut yang ngekos di rumah paling ujung. Dia itu memang sok kenal sok dekat dengan keluarga besar Pak Wiryo atau biasa dipanggil Pak Wo. Mungkin saja karena si bapak satu hobi dengannya: gila catur. Sama-sama suka termenung linglung seperti ayam menelan gelang karet kalau lagi serius mengatur langkah pion. Setali tiga uang, Mak Wo juga suka dengan Ello. Kata mak, pria itu setenang lautan. Tak pernah marah dan suka melucu. Kapan-kapan laut menjadi permisalan suatu yang tenang, ya? Setahu Eppok, laut itu ganas karena memiliki ombak.

Lain Mak Wo, lain pula Boy dan Puput. Bagi mereka, Ello itu seorang abang baik hati dan penurut. Baik hati dan penurut dari hongkong? Ello telah berhasil memanfaatkan keluarga Pak Wo agar bisa romantis alias rokok makan gratis. Sudah berapa kali dia menghabiskan rokok bapak, kolak pisang mak. Nasi rendang, nasi goreng, telor dadar, bla, bla, bla. Jangan bilang jika dia juga mengincar hati Eppok yang sedang kosong. Bisa gaswat!

Eppok membanting pintu pagar, berkacak-pinggang mirip raksasi lapar. Ello membalas nyengir kuda, menggaruk rimbun rambutnya, menatap wajah di kaca spion, seolah bertanya: hai, cermin ajaib, siapakah pria tertampan di Gang Ribut ini?

"Nggak usah bercerminlah. Wajahmu tak akan berubah. Masih tetap jelek." Eppok menekuk bibir bawah.

"Kamu kok tambah cantik, Sayang? Ayo, dong, Pok, naik di boncengan. Akan kuantar kamu meski ke ujung dunia."

"Palamu peang. Ngapain pagi-pagi sudah di sini?"

"Kata Mak Wo hari ini kamu mulai kerja. Sebagai calon laki, aku harus siap antar jaga dong. Lupa ya kalau kita ini sejodoh? Nama kita aja sama."

"Kita sejodoh dari sedotan! Ada huruf "ppk" dan dobel "l" yang membedakannya. "Sini aku pertegas, "ppk" itu kependekan dari perempuank, dobel "l" itu lelaki. Ayo, keburu telat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun