Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sop Brokoli

24 Januari 2021   11:40 Diperbarui: 24 Januari 2021   11:46 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Berapa kali mak bilang, kalau baru bangun tidur itu harus cuci tangan dulu baru boleh mencomot makanan. Apakah Eppok tahu ke mana saja tangannya menjalar tadi malam? Ya, tapi yang namanya Eppok, kerapkali nasihat tidak pernah dia dengar. Sepertinya hanya numpang singgah.

"Sudah, tak boleh ribut di depan makanan! Itu namanya tak mensyukuri rejeki." Pak Wo tak ingin Puput menggerutu pasal sepotong rotinya telah terbang. "Kau lupa hari ini mulai kerja ya, Pok? Habis mandi, kau masak nasi goreng. Punyamu sudah diembat si Boy," jerit bapak. Tak ada sahutan, kecuali senandung cempreng. 

Sekonyong sebentuk wajah dengan rambut awutan-awutan, muncul di ambang pintu.

"Set, setaaan!" Boy tertawa, berlari ke ruang tamu.

"Boy ini curang! Dasar gendut!" jeritnya meradang. Melihat mak hendak berbicara, dia melesat bagai busur masuk ke kamarnya. Mandi apa dia? Mirip mandi burung layang-layang. Sut, sut, sut, selesai. Cepat amat!

Semua memang ingin Eppok mendapat masalah! Dia sudah berjuang mati-matian agar diterima di perusahaan kontraktor itu. Saingan bejibun, dari es satu hingga es cendol. Kecantikan dan kemodisan mereka di atas rata-rata. Apa mungkin ditandingkan dengan Eppok yang krempeng dan ogah berdandan? 

Dunia seakan mau kiamat ketika dia harus membeli alat-alat make up. Nah, jika hari pertama kerja saja dia sudah mengibarkan bendera putih, apa kata dunia? Ya, Tuhan. Dia tak boleh kalah!

Eppok akhirnya rapi, memutar-mutar tubuh di ruang tamu. Boy yang sedang bermain game, kontan terbelalak. Dia kaget, ternyata selain Puput, dia masih memiliki seorang adik wanita. Selama ini dia mengira Eppok itu... Haha! Eppok berhenti memutar-mutar tubuh seraya mengelus dada. Sabar ya, Pok, kamu harus menjadi wanita yang tabah agar hidupmu berkah.

"Jangan meledek terus. Aku lagi butuh kamu. Sekali ini aja. Besok-besok aku janji enggak akan merepotkan lagi." Mata Eppok berkaca-kaca bagai si pus minta remah ikan asin.

"Nggak nyadar tadi marah-marah. Giliran ada maunya, merengek."

"Nebeng mesen ojol aja! Kuota dataku habis. Kita kan saudara... Please, dong!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun