Mohon tunggu...
Rifala Aqila Rizki Dwinanto
Rifala Aqila Rizki Dwinanto Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Mahasiswa Ilmu komunikasi Fisip UMJ, peserta mata kuliah Filsafat dan Etika Komunikasi, Dosen Pengampu Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kontroversi Miftah dan Krisis Komunikasi Pemerintah : Analisis Etika Komunikasi di Ruang Publik Digital

17 Juli 2025   03:40 Diperbarui: 17 Juli 2025   03:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah (Sumber Gambar : Suara.com)

Di era digital yang serba cepat dan terbuka, satu pernyataan yang kurang bijak bisa dengan mudah menyulut kemarahan publik. Begitulah yang terjadi dalam kontroversi seputar figur publik Miftah. Isu ini tidak hanya mencuat karena ucapan sang tokoh, tetapi juga karena cara pemerintah meresponsnya---atau mungkin lebih tepat, tidak meresponsnya secara tepat waktu dan transparan.

Viral Bukan Sekadar Ramai

Pernyataan yang dinilai kontroversial dari Miftah langsung menyebar luas melalui media sosial. Video, kutipan, dan opini publik membanjiri berbagai platform---menandakan betapa kuatnya ruang digital dalam membentuk persepsi masyarakat. Namun dalam situasi ini, bukan hanya sosok Miftah yang menjadi sorotan. Pemerintah sebagai institusi yang diharapkan hadir di tengah konflik sosial malah tampak pasif.

Padahal, dalam ruang digital yang begitu sensitif terhadap isu sosial, kehadiran negara bukan hanya bersifat administratif, tapi juga komunikatif. Ketika pemerintah lambat menanggapi reaksi publik, ruang interpretasi pun dikuasai oleh opini netizen, influencer, dan media alternatif. Akibatnya, kepercayaan publik mudah tergoyahkan.

Gus Miftah dan Pedagang ES Teh (Sumber Gambar Tribun-Medan-.Com)
Gus Miftah dan Pedagang ES Teh (Sumber Gambar Tribun-Medan-.Com)

Ketika Komunikasi Pemerintah Tak Efektif

Krisis komunikasi sering kali berakar pada lambannya tanggapan dan kurangnya empati dalam menyampaikan informasi. Pemerintah dalam hal ini terlihat gagal menjawab keresahan masyarakat. Komunikasi bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga menciptakan rasa didengar dan dipahami. Di sinilah letak kekeliruan komunikasi publik yang dilakukan pemerintah.

Dalam konteks ini, komunikasi krisis seharusnya bersifat cepat, transparan, dan akomodatif. Ketika publik merasa dibiarkan dalam kebingungan dan frustrasi, yang muncul bukan hanya kritik, tetapi juga hilangnya kepercayaan terhadap institusi.


Etika dalam Komunikasi Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun