Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menumbuhkan Social Compassion di Era Digital

16 November 2023   14:34 Diperbarui: 16 November 2023   15:08 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pngtree.com

Konflik di tengah masyarakat terjadi akibat dari polarisasi atau terpecahnya sebagian individu akibat faktor perbedaan identitas sampai perbedaan pandangan politik. Ini diperparah dengan hadirnya media sosial, yang membawa narasi yang memicu kebencian terhadap suatu kelompok dan akan memperlebar kesenjangan dan dapat menganggu kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sehingga, media sosial dapat menjadi api pemicu lahirnya perpecahan dan disintegrasi yang menjurus pada kekerasan sektarian berlandaskan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) yang kemudian dapat merusak kohesivitas atau ikatan solidaritas antar individu. Orang-orang kemudian dengan mudahnya dapat saling menghakimi, menghina, mencaci bahkan saling membunuh akibat berbeda pandangan terhadap menilai sesuatu.

Ini terasa sangat ironis mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultural, yang memiliki identitas suku, agama, budaya dan ras yang plural. Jangan sampai kemajemukan yang merupakan modal utama bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan malah menjadi sumber masalah utama gesekan yang terjadi secara horizontal di tubuh masyarakat.

Sehingga, ini patut menjadi perhatian kita bersama. Kita semua pasti tak ingin generasi yang akan datang diwarisi oleh api kebencian nan membakar yang di pupuk dari sekarang, melainkan mata air sejuk nan mendinginkan yang menjadi semangat dalam merawat persaudaraan dan kemanusiaan.

Social Compassion, Upaya Merawat Solidaritas di Tengah Arus Degradasi

Social compassion, ialah sebuah konsep yang merupakan pengembangan dari self compassion yang digagas oleh Kristin Neff di tahun 2003. Self-compassion merupakan isu yang sering dikaji dalam ilmu psikologi, terutamanya dalam kajian psikologi positif yang dapat diartikan sebagai sikap penerimaan dan kebaikan terhadap diri sendiri.

Nilai utama dari self compassion terdiri dari self kindness yakni rasa kebaikan dan rasa kasih sayang terhadap diri sendiri, common humanity yaitu kesadaran bahwa individu memandang kesulitan, kegagalan, dan tantangan merupakan bagian dari hidup manusia dan merupakan sesuatu yang dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami diri sendiri dan yang ketiga adalah mindfulness atau melihat secara jelas, menerima, dan menghadapi kenyataan tanpa menghakimi terhadap apa yang terjadi di dalam suatu situasi.

Ketiga nilai ini yang menjadi aspek utama dalam self compassion yaitu cinta terhadap diri sendiri, pandangan bahwa kesulitan adalah perasaan yang dialami semua orang dan kesadaran yang jelas dalam menghadapi sesuatu. Tentu ketiga nilai ini kemudian menjadi satu kesatuan dan membentuk self compassion dalam diri manusia.

Jika self compassion hanya berdampak pada diri secara individual, maka konsep social compassion diartikan sebagai nilai-nilai kebaikan dan kepedulian dalam lingkup yang lebih luas. Social compassion sendiri adalah sikap empati, perhatian, dan kepedulian terhadap kesejahteraan sosial, serta keinginan untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan atau penderitaan. Hal ini melibatkan perasaan untuk memahami dan merasakan situasi orang lain, serta bertindak untuk memberikan dukungan, bantuan, atau kontribusi positif dalam membantu memperbaiki kondisi mereka.

Nilai-nilai universal seperti empati, perhatian, keterbukaan, toleransi dan rasa saling memedulikan diantara sesama adalah kunci dalam memahami konsep social compassion. Oleh sebabnya, social compassion memandang bahwa kebaikan dan kepedulian dimulai dari diri sendiri, dimana ketika individu menerima kebaikan pada dirinya sendiri, kebaikan tersebut akan teraktualisasi dalam konteks menjalin hubungan dengan orang lain.

Empati dan kepedulian yang hadir dirasa mampu untuk menjadi penangkal dari segala energi negatif yang sifatnya destruktif dan merusak. Nilai-nilai kasih sayang yang ditemukan dalam cara pandang social compassion adalah fondasi kuat dalam membangun budaya kebajikan di tengah hiruk pikuk masyarakat di era ini yang seakan telah sirna dari entitas moral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun