Oleh sebab itu, kedua-duanya dibutuhkan dan selalu ada sebagai kodrat.
Kalau saya lebih menyukai kerja di swasta, itu karena persoalan perspektif semata. Kalau jadi PNS, otomatis saya sulit ke luar dari provinsi Aceh. Sementara saya suka travelling, memperluas wawasan, mencari ilmu dan pengetahuan di negeri seberang.
Jadi PNS, agak berat merealisasikan impian tersebut.
Beberapa kali saya lihat di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, bertemu orang-orang yang statusya PNS, bekerja tetap lebih dari 30 tahun di tempat dengan pekerjaan yang sama. Dalam hati saya berkata,:"Koq bisa?"
Menurut buku-buku manajemen kerja yang pernah saya baca, orang yang bekerja di tempat yang sama, melakukan hal yang sama dalam waktu lama, memiliki potensi kejenuhan yang luar biasa. Ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja.
*****
Makanya saya bayangkan enak banget mereka yang kerjanya pindah-pindah, dari satu departemen ke departemen lain, dari satu kota ke kota lain. Selain menawarkan dinamika kerja, akan bisa mengurangi kebosanan dan pada akhirnya bisa meningkatkan kinerja.
Bagaimanapun, selera setiap pekerja tidak sama. Kalau semua statusnya seperti yang saya impikan, regulator nya siapa? Yang ngajar anak-anak di sekolah negeri di daerah terpencil seperti bapak dan ibu kami siapa? Yang memberikan pelayana kesehatan diPuskesmas milik negara ini siapa?
*****
Ringkasnya, keren mana, mau jadi PNS atau pegawai swasta itu bukan masalah. Keduanya sama-sama keren. Yang penting adalah kinerja. Agar bisa membangun negeri ini, kita harus menjadi karyawan yang baik, berdedikasi tinggi, memiliki komitmen, disiplin, cinta kerja dan pekerjaan. Kita harus memegang prinsip mampu memberikan manfaat seluas-luasnya pada masyarakat. Kalau soal besarnya penghasilan, itu relatif.
Toh, kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Bagi mereka yang merasa pernah dikhianati, yakinlah, akan ada catatan kebaikan di hari akhir. Dan itu, pasti!
Makassar, 13 November 2021
Ridha Afzal  Â