Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengambil Pelajaran dari Sebuah Cerita Fiksi

16 Juli 2018   19:18 Diperbarui: 16 Juli 2018   19:49 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa yang bisa dilakukan jika cinta sudah memudar? Tak ada.

"Aku berdamai dengan diriku."  Kata Ryu, sahabat Nad sejak SMP. Ia tak menyesali pernikahannya yang oleng, bukan karena orang ketiga melainkan rutinitas dalam pekerjaan dan keseharian yang menimbulkan pertengkaran tak berujung. Suami Ryu menuduh perempuan itu tak becus dalam mengelola bisnis rumahan mereka karena tak ada banyak sisa penghasilan yang bisa ditabung. Ryu menantang suaminya mengambil alih namun laki-laki itu tak mau.

"Kau kira mudah mengelola uang belanja untuk dapur, susu anak, biaya sekolah, telepon, listrik, obat, pergi melayat, kawinan, gaji si bibi, gaji pegawai garmen...." Ryu begitu marah dan terhina, ingin sekali pergi dari rumah suaminya seandainya dia tak memikirkan anak-anak.

Laki-laki itu ayah yang baik namun suami yang payah. Ryu sudah lama sekali berhenti berharap padanya. Segala pekerjaan sudah ia lakoni demi membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hasilnya, ia kehilangan jati diri juga cinta yang dahulu pernah ia percaya akan membuatnya bertahan dalam badai apapun yang menerjang biduk rumah tangga mereka.

"Nad, aku mengalami frigiditas." Keluh Ryu disertai setetes air mata. "Aku tak ingin bercinta lagi dengan suamiku, hasratku padanya sudah mati. Apa yang bisa kulakukan? Aku harus bagaimana?"

Nad menyayangi perempuan itu. Hatinya perih melihat Ryu terpuruk dalam dilema. Tentu tak akan mudah baginya membesarkan dua bocah perempuan seorang diri. Perpisahan hanya menyelesaikan masalah Ryu seorang, namun tidak masa depan anak-anaknya. Keduanya memuja ayah mereka. Bagi dua bocah itu Alan adalah ayah yang sempurna. Sora si bungsu pernah mengasihani nasib teman sekolahnya yang memiliki orang tua bercerai.

"Syukur ayah ibuku tidak begitu, keluargaku menyenangkan." Kata Sora dengan bintang-bintang di matanya.

Ryu dan Alan sejak dahulu sepakat, semarah apapun mereka tidak boleh bertengkar di depan anak-anak. Mereka tahu bahwa di dalam hati mereka tak akan sanggup melukai hati dua gadis kecil itu. Karena itu Ryu tak mungkin bercerai. Namun mungkinkah sebuah perkawinan akan bertahan tanpa persetubuhan. Belakangan Alan mengeluh karena penolakan-penolakan Ryu di tempat tidur.

"Bicaralah pada Alan semua yang kamu rasakan, mungkin saja itu akan membantu masalahmu. Jika cinta pernah tumbuh di hatimu, mungkin saja ia akan bersemi lagi." Nad menyampaikan usul.

"Tidak akan ada gunanya, Nad." Kata Ryu. "Mungkin aku bahkan telah begitu cerewet, selalu menjadi pihak yang berinisiatif supaya kami bicara meski seringnya malah bermuara pada kesalah pahaman. Ia selalu berkata 'terserah kamu saja, terserah deh kamu mau mikir gimana' yang kutangkap kemudian bahwa Alan sudah tak peduli lagi pada perasaanku. Ia menginginkanku di ranjang hanya karena aku yang dia punya. Kau tahu, jika dia sedang banyak uang maka seketika ia akan berubah menyebalkan. Ia selalu bilang 'uangku, uangku' dan bukan uang kita. Kau tahu kan aku tak bisa dihina seperti itu, kami meniti segalanya bersama-sama. Alan bukan siapa-siapa sebelum kami menikah, ia tak punya karir apapun selain luntang lantung dan mengklaim diri sebagai seniman. Aku di sisinya, mendukung dan menjaga semangatnya supaya terus maju di bidang apapun yang ia yakini. Dan tiba-tiba ketika semua menjadi lebih baik, pendapatku tak berarti lagi buatnya."

Nad bersyukur karena tidak pernah menikah. Perempuan itu tidak lagi memiliki hasrat menggebu terhadap pria manapun. Sejak masih seorang bocah ia telah membenci laki-laki yang selalu memukul ibunya. Sepanjang yang bisa diingat, Nad tak pernah tahu bagaimana rasanya hidup dalam keluarga yang bahagia. Ia selalu merasa marah, benci, dan muak pada kehidupan. Lalu Ryu datang dalam hidup Nad, sebagai sahabat yang selalu menemani dan mendengar keluh kesah basi yang keluar dari bibirnya. Di sekolah mereka selalu bergantian menjadi sang juara. Nad yang tegas dan tak suka basa basi, juga terlalu pintar dalam pelajaran, bukanlah sosok lembut yang jelita seperti Ryu yang menjadi idaman banyak laki-laki. Suatu hari Nad sungguh menyesali pilihan Ryu menikah muda dari pada mengejar karir dengan gaji besar seperti dirinya. Dan kini ia mendapati Ryu sedang muak dengan pilihannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun