Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ke Melaka, Jalan-jalan Sambil Belajar Sejarah

16 September 2018   07:25 Diperbarui: 21 September 2018   16:57 2128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota ke tiga yang aku kunjungi dalam perjalanan #40HariKelilingAsiaTenggara adalah Melaka. Khusus Melaka, kak Rima Sylviana yang menganjurkanku. Menurut dia, Melaka merupakan kota yang banyak  sisi sejarah dan pasti aku akan menyukainya. Melaka sendiri terletak hampir di pertengahan antara Kualalumpur dan Singapura.

Senin, 15 Januari 2018, dari Singapura aku menggunakan Bus menuju Melaka lama perjalanan sekitar 3 jam. Hal ini juga tergantung macet di perjalanan, jika tak salah ingat jaraknya sekitar 238 KM. 

Asli perjalanan ini sangat menyenangkan, nyaman karena kondisi bus dan driver yang ramah dan berpengalaman. Indah Permatasari kawanku yang bermukim di Singapura yang berbaik hati membelikanku tiket Bus. Harga tiket Bus SGD 16.

Perjalanan ini aku mulai dari Terminal Queen Street di kawasan Bugis Street. Tiba di terminal aku langsung menuju konter bis dan tentu saja harus antri.  Keberangkatan pukul 07.00 (waktu Singapura) melewati imigrasi. Tiba di Melaka aku di turunkan di Melaka Sentral. Dari Melaka Sentral, aku tetap menggunakan bus kota menuju pusat kota dengan harga karcis RM 2.

Kesan pertama kali menginjakkan kaki kota ini masih asli, masih banyak bangunan bersejarah. Dari google aku mendapatkan informasi bahwa, tahun 2008 kota ini dinobatkan oleh UNESCO sebagai World Heritage City.

Melaka World City (dok. pribadi)
Melaka World City (dok. pribadi)
Setelah check in di Roof Top Guest House Melaka dan berbekal map, maka "petualangan' pun di mulai. Aku memilih berjalan kaki menuju Christ Church. Sebelum tiba di ST Paul Church aku menyempatkan singgah di street art. Jika di Singapura ada Haji Lane. 

Street art ini terletak  di dekat Jonker Walk dan di sisi sungai. Ough iya di sisi sungai banyak sekali terdapat street art. Silahkan pilih untuk tempat berfoto. Berikut ini tempat-tempat yang aku kunjungi selama berada di Melaka.

Street Art (dok. pribadi)
Street Art (dok. pribadi)
Bangunan merah atau Red Square merupakan lokasi pemerintahan Belanda selama di Melaka sewaktu penjajahan. Sekarang bangunan-bangunan yang berada di jadikan museum oleh pemerintah Malaysia. Nah di Red Square merupakan spot photo favorit.

Red Square (dok. pribadi)
Red Square (dok. pribadi)
Berdekatan dengan Christ Church Melaka terdapat bangunan  Stadhuys. Stadhuys merupakan sebuah komplek kediaman Gubernur Belanda beserta para pejabatnya yang dibangun pada tahun 1650. Dari beberapa informasi yang aku dapatkan menyatakan bahwa Stadhyus merupakan salah satu bangunan Belanda tertua di wilayah Malaysia bagian timur.

Christ Church (dok. pribadi)
Christ Church (dok. pribadi)
Stadhyus (dok. pribadi)
Stadhyus (dok. pribadi)
Kemudian aku menuju St. Paul's Hill atau yang lebih terkenal dengan A'Famosa. Merupakan suatu benteng yang letaknya mengarah ke sungai. Benteng ini di bangun oleh Portugis saat menduduk Melaka dari tahun 1511-1641. 

Dari google, benteng ini pernah diambil alih oleh Belanda tahun 1641 dan Inggris di tahun 1795-1807. Nama A'Famousa yakni The Famous, tetapi menurut bapak yang ada di penginapan A'Fmousa diambil dari bentuk mulut gerbang yang menyerupai huruf A. Fungsi bangunan untuk mempertahankan kekuasaan kolonialnya. 

Sejujurnya aku menyukai arsitektur bangunan-bangunan ini yang tentu saja memiliki nilai sejarah. Sampai saat ini A'Famousa merupakan seni bina Eropa yang tertua yang masih wujud di Asia Tenggara. Ada juga Porta de Santiago berupa gate house yang kecil dan masih teguh berdiri.

St Paul's Hill (dok. pribadi)
St Paul's Hill (dok. pribadi)
A' Famosa (dok. pribadi)
A' Famosa (dok. pribadi)
Karena hari telah sore aku putuskan untuk kembali ke penginapan. Besok pagi waktu adalah waktu yang tempat untuk mengunjungi museum dan masjid. Selasa, 16 Januari 2018 pukul 08.00 (waktu Melaka) aku meninggalkan guest house. Tujuan hari ini ke Museum Maritim stau Muzium Samudera.

Muzium Samudera (dok. pribadi)
Muzium Samudera (dok. pribadi)
Pukul 09.00 aku telah tiba di Museum Maritime Melaka. Berdasarkan brosur Museum maritime malaka atau disebut juga Muzium Samudera. Harga tiket masuk yakni RM 10 untuk museum ini, muzeum samuder II dan museum Tentara laut di Raja Malaysia. 

Museum ini merupakan replica kapal Portugis  yang tenggelam saat melakukan perjalanan ke Portugal. Replika kapal portugis ini memiliki tinggi sekitar 34 meter dan lebar 8 meter. 

Masuk ke museum ini pengunjung diperlihatkan sejarah kelautan Malaka  dan masa keemasan Kesultanan Malaka sebagai Emporium Timur. Yang menarik museum ini adalah untuk masuk ke dalam museum pengunjung harus masuk lalu naik ke dalam kapal besar.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di samping museum ini terdapat Muzium Samudera II. Di dalam museum akan ditampilkan berbagai gambar sumberdaya laut terus ada replica kehidupan di tepi laut yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Museum Maritime II (dok. pribadi)
Museum Maritime II (dok. pribadi)
Lokasi museum ini berhadapan dengan muzium samudera II. Di dalam museum pengunjung akan melihat pernak pernik tentara dari masa ke masa. Mulai dari seragam, alat perang  hingga kendaraan. Nah di dalam museum ada helicopter asli yang merupakan peninggalan masa lalu dan di luar museum ada kapal laut.

Museum Tentara Laut Malaysia (dok. pribadi)
Museum Tentara Laut Malaysia (dok. pribadi)
Setelah mengunjungi museum, tujuan selanjutnya masjid terapung Melaka dan menara taming sari. Informasi tentang Mesjid ini aku dapatkan dari teman di penginapan. Dengan berbekal peta dan berjalan kaki aku menuju masjid ini. Dari museum, aku harus berjalan kaki sekitar 1,5 jam.

Masjid Selat Melaka (dok. pribadi)
Masjid Selat Melaka (dok. pribadi)
Mesjid ini terletak di pulau Melaka. Saat aku melihat pulau Melaka ini, aku berfikir dan menduga bahwa pulau Melaka ini adalah sebuah pulau buatan. Ternyata dugaanku benar, pembuatan pulau Melaka melibatkan reklamasi dua pulau. 

Di kemudian hari, kawasan ini akan dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata. Saat kunjunganku kawasan pulau Melaka ini masih sepi hanya terlihat pekerja proyek. Di masjid terapung aku melaksanakan sholat duhur. 

Sejujurnya aku bukan anak arsitek, tetapi saat masuk ke dalam masjid ini arsitektur bangunannya sangatlah indah dan pemandangannya serta angin pinggir pantai. Setelah melaksanakan sholat duhur, aku sempatkan menggali informasi dari Jemaah. Tahun 2006, pembangunan masjid ini dimulai dan menempati lahan 1,8 Ha. Jika aku tak salah ingat masjid ini dapat menampung sekitar 2000 jemaah.

12-1-jpg-5b9d9738bde575303d4116e3.jpg
12-1-jpg-5b9d9738bde575303d4116e3.jpg
12-2-jpg-5b9d9a9c43322f376a4871a2.jpg
12-2-jpg-5b9d9a9c43322f376a4871a2.jpg
Meskipun terik matahari aku tetap berjalan kaki, di dekat lapangan merdeka aku beristirahat sambil mengisi perut yang keroncongan. Dari lapangan merdeka masih tetap berjalan kaki aku menuju menara taming Sari. 

Untuk masuk ke menara ini harus membeli tiket seharga RM 23. Menara ini menara pandang setinggi 110 meter. Sayangnya saat itu menara ini sedang dalam perbaikan. 

Akhirnya aku hanya duduk di taman dekat menara Taming sari sambil menanti sore, aku duduk bersama angin aku menceritakan seluruh mimpi dan rahasiaku tidak ada air mata hanya doa semoga semuanya terwujud.

Menara Taming Sari (dok. pribadi)
Menara Taming Sari (dok. pribadi)
Rabu, 17 Januari 2018 tujuan hari ini adalah masjid kampung Kling, menyusuri jonker walk, kincir air kesultanan melayu dan sore hari ke klenteng. Masjid kampung Kling berada di jalan Tukang emas berdekatan dengan Sri Poyatha Morthi temple dan Cheng Ho.

 Yang berbeda dari masjid ini adalah tempat berwudhu. Tempat berwudhu seperti kolam renang  perkiraanku ukurannya 3 X 4m dengan tiang besi yang di tempa Moor, ada gayungnya juga. Masuk ke dalam arsitektur masjid ini seperti persilangan yang bergaya antara Sumatera, Melayu, Hindu dan Cina terdapat ukiran yang indah. 

Pada ruang sholat ada lampu gantung yang bergaya Victoria dan mimbar terbuat dari kayu dengan ukiran yang bergaya Hindu dan Cina.  Meskipun hari cuaca panas, tetapi masuk ke dalam masjid terasa sejuk sekali. 

Karpet dalam masjid ini tebal dan lembut memberikan kenyamanan. Dari menara seperti pagoda. Alasan penamaan masjid Kling karena merupakan tempat pedagang  India di kampung Kling. Di depan masjid terdapat brosur-brosur dan bulletin tentang Islam. 

Mimbar (dok. pribadi)
Mimbar (dok. pribadi)
Tempat wudhu di mesjid kampung Kling (dok. pribadi)
Tempat wudhu di mesjid kampung Kling (dok. pribadi)
Jonker Walk ini terletak di jalan Hang Jebat. Area ini merupakan Chinatown di Melaka. Di jalan ini dapat ditemukan toko-toko yang menjual barang antic. Jonker walk ini mirip-mirip pasar malam. selain pertokoan terdapat juga makam, heritage dan museum. 

Setelah aku cukup puas menikmati jonker walk aku menuju kincir air kesultanan Melaka. Kincir air ini terletak di dekat pusat informasi wisata Melaka. Kincir air ini terbuat dari kayu. Saat ini kincir air tersebut tidak berfungsi lagi hanya sebagai tempat berfoto saja.

Jonker Walk (dok. pribadi)
Jonker Walk (dok. pribadi)
Kincir air kesultanan Melaka (dok. pribadi)
Kincir air kesultanan Melaka (dok. pribadi)
Sore hari, aku mengunjungi klenteng. Klenteng yang di dedikasikan untuk Laksamana Cheng Ho. Nah tidak jauh dari klenteng terdapat kuburan cina. Di kelenteng ini aku bertemu orang Indonesia dari Pulau Jawa yang sedang bekerja. Di samping klenteng, terdapat sebuah sumur yakni Hang li Poh Well. 

Numpang photo di depan klenteng (dok. pribadi)
Numpang photo di depan klenteng (dok. pribadi)
Klenteng (dok. pribadi)
Klenteng (dok. pribadi)
Informasi tentang sumur ini aku dapatkan dari brosur di guest house. Jika musim kemarau sumur ini tidak pernah kering. Sumur ini pernah diracun oleh pengikut Sultan Mansur Shah, tak lama setelah sultan Malaka itu digulingkan kekuasaannya oleh Portugis. Akibatnya, lebih dari 200 orang tentara Portugis tewas setelah meminum air dari sumur ini.

Jika melihat sumur ini biasa aja, tetapi memiliki legenda yang cukup menarik. Bagi siapa saja yang meminum air dari sumur ini pasti akan kembali lagi ke Melaka. Ada juga versi lain yakni, siapa yang melempar koin ke dalam sumur, maka permohonannya akan terkabul, sayangnya aku tidak melakukan lempar koin.

Melihat ke dalam sumur (dok. pribadi)
Melihat ke dalam sumur (dok. pribadi)
Hong li Poh Well (dok. pribadi)
Hong li Poh Well (dok. pribadi)
Selain tempat-tempat ini banyak juga museum-museum sayangnya aku tidak masuk. Hanya berada di depannya dikarenakan harga tiket masuk. Museum tersebut antara lain muzium belia Malaysia, muzium setem, Muzium Islam Melaka, Muzium Cheng Ho Muzium Senibina Malaysia

Bagi aku, tiga hari di Malaka belumlah cukup menikmati wisata Melaka. Banyak hal yang menarik di kota ini, ketenangan dan kedamaian serta keindahan arsitektur bangunannya. Pengalaman di Melaka memberikan pemahaman bagaimana pemerintah daerah mengelola bangunan bersejarah sehingga menjadi sebuah pendapatan asli daerah. Seandainya kota Makassar dapat merawat dan mengelola bangunan bersejarahnya bukan sibuk menyusun kotak-kotak berupa RUKO yang sepertinya tidak terencana dengan baik. Mungkin saja, suatu saat kota Makassar perlu diberi penghargaan dalam bentuk rekor muri sebagai kota ruko terbanyak.

Muzium Islam Malaka (dok. pribadi)
Muzium Islam Malaka (dok. pribadi)
Muzium Belia Malaysia (dok. pribadi)
Muzium Belia Malaysia (dok. pribadi)
Muzium Budaya Cheng Ho (dok. pribadi)
Muzium Budaya Cheng Ho (dok. pribadi)
Muzium Setem Melaka (dok. pribadi)
Muzium Setem Melaka (dok. pribadi)
Muzium Senibina Malaysia (dok. pribadi)
Muzium Senibina Malaysia (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun