"Apa yang memasukkan kalian ke dalam (neraka) Saqar?"
"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat." (QS. Al-Muddatstsir: 42-43)
Di rumah sebagai alarm 2, coba Ananda hidupkan nanti sebatang lilin, api kompor, atau api kayu bakar. Letakkanlah tangan Ananda pada api itu. Tahanlah. Apakah kamu tahan panasnya? Pasti mereka akan serentak menjawab "Tidak!" Meski belum dicoba.
Setelah pembinaan ini, biasanya siswa mulai lebih disiplin karena merasa dihargai dan diarahkan dengan baik. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip Micro Teaching, yang menekankan keteladanan dan komunikasi yang baik.
Perlu pula diingat, sekolah bukan satu-satunya tempat belajar karakter. Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Jangan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab ini kepada sekolah, lalu marah ketika anak kehilangan etika. Pendidikan karakter harus dimulai di rumah, dengan teladan dan bimbingan yang konsisten dari orang tua.
Jika pendidikan keluarga kuat, sekolah hanya tinggal memperkuat nilai-nilai yang sudah tertanam. Orang tua pun harus ikut serta mendukung inovasi sekolah dan guru. Harus bermitra bukan saling curiga apalagi musuhan. Anak yang terlalu dibela orang tua tentu akan labil. Bingung ngikut orang tua atau guru di sekolah?
Artinya kolaborasi orang tua dengan guru dan pihak sekolah sangat menentukan keberhasilan murid nanti. Masih segar dalam ingatan ketika tahun 2000 hingga tahun 2017. Orang tua sangat mendukung pendisiplinan siswa hingga di kelas dari 14 siswa laki-laki hanya 1-3 siswa yang butuh pendisiplinan khusus. 10-11 siswa lainnya sangat smart. Cerdas.
Namun setelah tahun 2018 hingga sekarang, siswa selalu mengadu ke orang tua mereka jika mereka didisiplinkan. Masalah kecil saja misalnya, rambut panjang. Siswa tahun 2000-2017 menghargai guru saat mendisiplinkan rambut mereka yang dipotong acak lalu mereka rapikan sepulang sekolah di barbershop.Â
Namun siswa 2018 - sekarang, Masalah kecil rambut panjang tidak menghargai guru saat guru mendisiplinkan rambut mereka yang dipotong acak. Esok hari mereka bukan merapikan sepulang sekolah di barbershop, malah besoknya mereka datang ke sekolah untuk demo.Â
Membangun Budaya Sekolah yang Bernilai
Untuk itu, sekolah harus menjadi tempat yang diberi otoritas pembentukan karakter, tidak hanya mengajarkan akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Bila tidak, Sekolah yang Akan Hilang: Saat Pendidikan Melupakan Karakter siswanya.Â