Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Chamistery dalam Pendidikan, Bisakah Menjadi Kunci Sukses dalam Membangun Hubungan Guru-Siswa, dan Guru Rekan Kerja?

10 Desember 2024   20:10 Diperbarui: 10 Desember 2024   20:10 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi chamistery guru-siswa di kelas: Foto by istockphoto.com

"Membangun Chamistery dalam Pendidikan: Kunci Sukses Hubungan Guru, Siswa, dan Rekan Kerja"

"Chamistery" adalah istilah yang mungkin berasal dari gabungan "chemistry" (kimia) dan "mistery" (misteri). Biasanya, istilah ini digunakan secara tidak formal untuk menggambarkan hubungan atau interaksi yang terasa misterius namun penuh "chemistry" antara dua orang atau kelompok.

Apakah Anda merujuk pada konteks tertentu, seperti percakapan, novel, atau istilah gaul?

Dalam istilah gaul, "chamistery" sering digunakan untuk menggambarkan hubungan atau interaksi antara dua orang yang terasa klik, menarik, atau "berbeda." Tetapi tidak selalu mudah dijelaskan dengan logika. 

Biasanya, istilah ini dipakai untuk menggambarkan vibe atau chemistry yang unik, baik itu romantis, persahabatan, atau hubungan profesional dunia kerja.

Contoh penggunaan:

"Mereka tuh punya chamistery yang beda, kayak vibe-nya nyambung banget."

"Aku nggak ngerti kenapa, tapi rasanya ada chamistery di antara kita."

Istilah ini tiba-tiba sering muncul di media sosial atau obrolan santai untuk menonjolkan hubungan yang spesial atau misterius. Bahkan murid kelas 7, 8, 9 saja sudah bisa menyebut,  "Aku nggak ngerti kenapa, tapi rasanya ada chamistery di antara kita." Lalu teman-temannya tertawa.

Saya pun cengo lalu geleng kepala. Bingung.. 'Chamistery apa?'

Chamistery dalam Dunia Pendidikan

Ternyata, dalam dunia pendidikan, istilah "chamistery" bisa lho digunakan secara informal untuk menggambarkan hubungan unik dan harmonis antara guru dan siswa, atau antara sesama pendidik, yang menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan efektif di kelas.

Misalnya:

1. Guru-Siswa:

"Bu Sriana punya chamistery yang kuat sama murid-muridnya. Jadi, mereka lebih mudah memahami pelajaran karena suasananya nyaman."

Pertama, Kenali Potensi Siswa

Luangkan waktu untuk mengenal kekuatan, minat, dan tantangan siswa. Hal ini membuat siswa merasa dihargai dan membangun hubungan yang lebih personal.
Contoh: "Saya tahu kamu suka bola, jadi bagaimana kalau tugas ini dikaitkan dengan bola?"

Pertanyaan itu saya ajukan kepada Labib dan Luthfi  kelas 9F yang sering cabut di jam pelajaran saya Bahasa Indonesia demi bermain bola di lapangan sekolah. Saya pun mengubah pertanyaan itu kepada Bintang yang suka PIK-R, Razik yang suka kepolisian, dan siswa cewek yang suka drama korea.

Akhirnya kelaspun hidup karena siswa lain iri tak ditanyai kegemarannya. Sayapun mengubah pola dengan mengunjungi mereka yang belum divalidasi satu per satu ke mejanya. Iri mereka pun menguar hilang terbawa suasana chamistery perorangan menjadi chamistery klasikal. Heboh pasti dong.

Kedua, Ciptakan Suasana Kelas yang Nyaman

Seperti poin pertama di atas, berikan ruang aman untuk siswa. Ruang aman akan membuat siswa merasa bebas bertanya, berbagi ide, berekspresi, atau bahkan membuat kesalahan tanpa takut dihakimi guru.

Seperti rasa kurang diperhatikan di atas akan menguar seiring berubahnya kelas menjadi heboh buat kita guru, namun asyik bagi mereka murid. Guru jangan sampai terbawa suasana heboh pula ya. Setelah semua kegemaran tervalidasi, lanjut ke langkah strategi pembelajaran berikutnya.

Ketiga, Gunakan Humor Secukupnya Saja

Humor yang tepat dapat mencairkan suasana kelas dan chamistery antar guru dan siswa. Humor juga membuat siswa lebih rileks. Selain itu dapat membangun kepercayaan mereka siswa kepada gurunya.

Dalam hal ini saya awal masuk kelas rada tegas. Biasanya jam saya masuk kelas pukul 10.30 WIB. Usai istirahat pendek. Kelas biasanya banyak sampah plastik sisa mereka makan snack.

"Wah, sepertinya kita bakal jadi nih naik pesawat ke luar negeri buat jalan-jalan. " Mereka pun menatap heran kepada saya. 

"Ya, coba lihat area kekuasaan Ananda. Di bawah meja kursi, di kiri kanan meja kursi, dan depan belakang meja kursi. Duh... banyak sekali uang yang bisa kita hitung!" Mereka pun beralih menatap sekeliling mereka. 

"Yah, satu sampah 1000! Dalam hitungan 3 mundur. 3..." Teriak saya sambil tersenyum. Mereka beraksi dengan cepat mengambil sampah sambil berkomentar, "Sumpah deh, ini sampah siapa?"

Dalam sekejap pun humor uang vs sampah membuat kelas menjadi bersih. Untuk mengembalikan jantung mereka ke normal lagi, sayapun mengajak mereka bertepuk tangan sejajar jari sambil tersenyum lalu bersorak horeeee!

Chamistery itu sangat manis untuk pertemuan selanjutnya. Ketika mereka melihat saya di pintu, semua kegiatan terhenti dan mereka spontan memeriksa sekitarnya, apakah ada sampah?

Mereka masih anak-anak yang semau dan semudah gue. Mereka digiring peduli sampah dan lingkungan dengan chamistery di atas. Asyiknya lagi...mereka tak merasa dihakimi. Saya tahu, itu bukan sampah mereka. Tapi sampah teman dari kelas lain yang tak belajar dengan saya.

2. Kolaborasi Antarguru

"Ketika guru Matematika dan IPA bekerja sama untuk proyek integrasi, chamistery mereka bikin pembelajaran lintas disiplin jadi sukses."

Kolaborasi yang Seimbang

Dalam tim, chamistery muncul ketika setiap orang merasa suaranya dihargai. Bangun komunikasi terbuka dan saling mendukung dalam menyelesaikan tugas.
Contoh: Dalam rapat kurikulum, dengarkan pendapat rekan sebelum menyampaikan ide.

Berbagi Pengalaman dan Sumber Daya

Guru yang mau berbagi tips atau media pembelajaran akan lebih dihormati dan bisa membangun hubungan baik dengan kolega.

Gunakan Strategi dalam Pengajaran

Gunakan Metode Interaktif

Aktivitas seperti diskusi kelompok, permainan edukasi, atau proyek kreatif dapat meningkatkan keterlibatan siswa. Ketika siswa menikmati proses belajar, chamistery terbangun dengan sendirinya.

Integrasi Teknologi

Gunakan aplikasi atau platform pendidikan yang relevan, sehingga siswa merasa belajar dengan cara yang sesuai dengan generasi mereka.

Sesuaikan Gaya Mengajar

Chamistery akan lebih mudah terbentuk jika guru fleksibel menyesuaikan gaya mengajar dengan kebutuhan dan dinamika siswa. Sesuaikan gaya dengan latar belakang kegemaran siswa. Seperti sudah kita bahas di atas.

Bersikap Konsisten dan Autentik

Guru yang konsisten dalam nilai dan sikapnya dapat memunculkan chamistery serta guru menunjukkan keaslian penilaian (tidak berpura-pura). Guru ini biasanya lebih mudah menjalin chamistery dengan siswa maupun rekan sejawat.

3. Libatkan Orang Tua

Chamistery juga dapat diperkuat dengan menjalin komunikasi atau berkolaborasi yang baik dengan orang tua siswa. Mereka akan merasa lebih percaya pada Anda sehingga siswa pun lebih termotivasi untuk belajar.

1. Rutin Mengadakan Komunikasi

Adakan pertemuan atau diskusi dengan orang tua, baik secara langsung maupun daring, untuk berbagi perkembangan siswa.

2. Libatkan kepada Orang Tua dalam Kegiatan Sekolah

Undang mereka untuk berpartisipasi dalam acara atau kegiatan siswa, seperti perayaan hari besar atau lomba.

3. Berikan Umpan Balik Positif

Sampaikan kabar baik tentang prestasi atau perkembangan siswa untuk membangun hubungan positif.

4. Buka Jalur Komunikasi Personal

Gunakan grup WhatsApp atau media lain agar orang tua mudah bertanya atau berbagi informasi.

5. Ajak Kolaborasi untuk Solusi Masalah

Libatkan orang tua dalam mencari solusi saat ada kendala belajar siswa.

Membangun Chamistery dalam Pendidikan Bisakah Menjadi Kunci Sukses Hubungan Guru, Siswa, dan Rekan Kerja?

Dalam dunia pendidikan, hubungan yang harmonis antara guru, siswa, dan rekan kerja adalah fondasi keberhasilan pendidikan. Salah satu elemen yang sering dibicarakan secara santai adalah "chamistery", yaitu kombinasi "chemistry" dan "mystery" yang menggambarkan hubungan unik dan harmonis yang sulit dijelaskan.

Bisakah chamistery menjadi kunci sukses? Yuk kita kulik!

1. Guru dan Siswa

Chamistery tercipta ketika guru mampu memahami karakter siswa, menciptakan suasana kelas yang nyaman, dan mengintegrasikan metode belajar yang relevan. Guru yang ramah, tegas, dan humoris sering kali membangun hubungan yang lebih dekat, sehingga siswa merasa termotivasi untuk belajar. Sudah kita bahas di atas ya. Oke tervalidasi bahwa chamistery menjadi kunci sukses pendidikan pada Guru vs Siswa.

2. Kolaborasi Antarguru

Chamistery juga penting dalam kerja tim. Guru yang saling mendukung, berbagi pengalaman dan menghargai pendapat akan menciptakan lingkungan kerja yang produktif. Dalam rapat atau proyek kolaboratif, komunikasi terbuka menjadi kunci. Juga sudah dijelaskan di atas kolaborasi penting.

3. Menciptakan Chamistery

Chamistery tidak selalu muncul begitu saja. Dibutuhkan usaha seperti membangun empati, mendengarkan, dan menyesuaikan pendekatan sesuai kebutuhan. Ketika hubungan ini terjalin dengan baik, pendidikan tidak hanya menjadi proses transfer ilmu, tetapi juga pengalaman yang berkesan bagi semua pihak.

Jadi, meskipun chamistery terdengar seperti istilah gaul, esensinya relevan untuk menciptakan hubungan yang sukses dalam pendidikan. Mari membangun chamistery di kelas dan ruang guru agar  "Chamistery dalam Pendidikan Bisa Menjadi Kunci Sukses Hubungan Guru, Siswa, dan Rekan Kerja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun