Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat Sejati Selalu Siap Memberi Maaf

10 September 2022   22:52 Diperbarui: 10 September 2022   23:06 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sahabat sejati | merdeka.com

"Ga jajan?" tanya Yana sambil membayar makanannya. Laila menggeleng pelan sambil menatap kedua temannya yang sudah selesai. "Tumben ga jajan? Omong-omong kamu juga keliahatan lebih pucat, ya?" tanya Bezza sambil menyeruput es. "hah, pucat?" tanya Laila sambil memandangi pantulan wajahnya di kaca kelas yang mereka lalui.

Wajahnya memang pucat. Disini Ia mulai khawatir dan menggeleng sambil berkata, "ah, gapapa kok. Cuma kelelahan aja." Yana dan Bezza saling pandang lalu lanjut berjalan sambil memakan camilannya.

Dikarenakan hari ini pulang sore, jam pulang tentunya juga akan lebih lama. Jam sudah menunjukkan pukul  11 siang. Sekarang Laila merasa pandangannya mulai berkunang-kunang dan pusing di tempat duduk.

Tanpa menunggu lama, Ia segera melaporkannya pada guru tanpa pikir panjang lagi. Setelah memberi penjelasan pada Bu Lia, guru kelasnya, beliau pun mengusulkan untuk menelepon orang tua Laila karena melihat wajah Laila yang pucat sekali. Teman-teman yang lain memperhatikan mereka dengan penasaran, begitu pula dengan Bezza dan Yana.

Tak sampai 5 menit, Ibu Laila datang menghampiri kelas, meminta izin agar anaknya bisa pulang lebih cepat. Tentu Bu Lia mengizinkan. Laila yang sudah membereskan tasnya segera keluar kelas dan berpamitan pada gurunya dan yang lain.

Di perjalanan  pulang Ibu bertanya, "Laila kenapa ga bilang daritadi pagi kalo sakit, nak?" Laila menyahut sambil menunduk, "Laila kira cuma sakit sedikit dan ga bakal kenapa-kenapa." Mobil keluarga Laila terus melaju menembus kepadatan jalan raya di siang hari.

Sesampainya di rumah, Laila diberi teh hangat oleh ayahnya dan beristirahat. Menjelang sore keadaan Laila tak membaik, malah kian memburuk, panasnya menjadi tinggi sekali. Kedua orangtua Laila makin khawatir dan memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit.

Di rumah sakit, dokter menyarankan agar Laila dirawat di rumah sakit terlebih dulu karena demamnya yang sangat tinggi. Radang Laila juga timbul kembali, membuat keadannya makin memburuk. Laila yang awalnya ragu, memutuskan untuk beristirahat dan dirawat di rumah sakit saja.

Tentu ini pengalaman yang mengejutkan bagi Laila sendiri. Demamnya yang tidak membaik membuat Laila ingin di rumah sakit saja, daripada harus resah dirawat di rumah. Setelah melakukan beberapa pendaftaran dan beberapa hal lainnya, akhirnya Laila mendapat kamar. Kubikal berukuran sedang dengan warna hijau dan putih dengan satu pintu di dalam ruangan untuk menuju ke toilet.

  Laila dirawat selama beberapa hari disana. Diberi obat, dipantau perkembangan kesehatannya, dan lain sebagainya. Tentu hal ini membuat Laila suntuk setengah mati. Ia merasa kesepian walau kedua orang tuanya terus-menerus menjaganya di rumah sakit.

Ternyata ada kejutan dari teman sekelasnya. Satu-persatu teman sekelas Laila datang menjenguknya. mengucapkan doa dan memberi beberapa buah tangan untuk Laila yang sakit. Hal ini membuat Laila senang sekaligus terharu dengan kepedulian orang-orang yang mau menjenguknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun