Ibu-ibu dan Bapak-bapak di sini diikat dalam satu persatuan. Jika ada yang menikah maka mereka yang tergabung dalam satu persatuan ini bahu membahu mempersiapkan semua.
Bapak-bapak mencari nangka muda, kelapa, dan pepaya muda untuk keperluan gulai pesta. Disini jika ada yang menikah gulai dimasak partai besar.
Gulai bisa berbahan nangka muda atau pepaya muda. Nangka atau pepaya muda digulai pakai banyak kuah di kuali besar dan dicampur daging sapi.
Kemudian rendang daging sapi dan kacang rendang dimasak terpisah. Semua gulai ini dimasak oleh Bapak-Bapak bergotong royong.
Sebelum pesta biasanya orang sekampung mengadakan martahi dan marpege-pege.Â
Secara bahasa marpege-pege adalah suatu tradisi markumpul hepeng (mengumpulkan uang) yang dilakukan oleh kelompok masyarakat untuk membantu calon suami atau calon  menyediakan mahar (uang) yang telah ditetapkan pihak perempuan[8].Â
Barkah Hadamean Harahap menjelaskan bahwa istilah marpege-pege tersebut adalah merupakan suatu alat komunikasi guna mengumpulkan warga untuk dapat bertemu dalam suatu agenda adat.[9] (Roihan.com)
Di kampung saya dua belah pihak mengadakan martahi dan marpege-pege. Jika kedua mempelai satu kampung, agar warga tak berat maka diadakan dengan bulan berbeda.
6. Menjemput Nasi