Rumah kayu tanpa cat itu tetap ada dalam ruang-ruang pikirku
Rumah yang secara bertahap menghabiskan keringat ayahku
Menurut ibu, rumah ini teristimewa dalam batin dan cinta kasih
Rumah kayu ini, diawali dari rumah bambu penuh cinta, dibangun dari tanggung jawab yang besar dari seorang ayah
Dengan tangan kekarnya bambu-bambu di sawah dibawanya pulang dianyam menjadi dinding rumah di atas tanah perbukitan
Ketulusan sang ibu selalu bersyukur untuk segala usaha ayah yang tak kenal lelah
Bahunya adalah harapan terbesar dalam meraih perjodohan antar orang tua
Senyum ibu adalah motivator terhebat yang bapak dapatkan katanya
Oh rumah kenangan....
Setiap hari ayah menguras keringat untuk menjadikan rumah bambu menjadi rumah kayu
Bukit-bukit itu diratakan dengan cangkul penuh kasih tanpa ragu
Di rumah kayu, kami sering berebut dawet buatan ibu
Ketulusannya terasa meresap lewat dawet-dawet beras yang melewati kerongkongan
Oh, betapa manis kenangan masa kecil
Rumah kayu itu pula yang mengajariku demokratis dan  penuh cinta kasih
Aku bebas mencoret apa saja dengan arang di dinding-dinding ruang, saat bermain aktor menjadi guru teman sepermainanku
Kami melompat-lompat di atas kawul bekas panen tempo hari
Di amben jerambah nasi hangat dan sayur buncis menunggu
Rasa lapar telah menyerbu, ludeslah hidangan penuh kasih
Kami lanjut mencuci piring di pancuran belakang rumah, Â dulu sungai belum tercemar
Oh, rumah kenangan, meski kau telah hancur menjadi debu, kini berubah tembok tapi dalam hati tetap tergambar
Juga kasih sayang, keperkasaan ayah dalam merajut kasih musim demi musim
Kau tetap ada dalam jiwa
Catatan:
Amben jerambah adalah dipan dari bambu yang lebar ada di ruang tamu.