Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenangan

19 Agustus 2025   14:14 Diperbarui: 19 Agustus 2025   11:14 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: DeviaantArt

Semua kenanganku tersimpan dalam stoples kaca, diurut berdasarkan tanggal. Satu stoples untuk setiap tahun. ukurannya bervariasi tergantung pada berapa banyak kenangan yang aku punya setiap tahunnya.

Ketika gadis-gadis itu masih kecil dan Mas Basuki masih hidup, aku menyimpannya di dapur, di rak paling atas agar aman dari jari-jari bocah yang sembrono.

Sekarang aku tinggal sendiri. Aku menyiapkan ruang khusus di rak buku di ruang tamu dan sering duduk di depan sofa di malam hari dengan stoples di tangan. Kadang-kadang bahkan tidak perlu membukanya. Memegangnya saja sudah cukup untuk membangkitkan kenangan masa lalu.

Seiring bertambahnya usia, stoples-stoples semakin kecil. Beberapa tahun terakhir hampir kosong. Yang paling menyedihkan bagiku adalah tahun-tahun awal kehidupan si kembar berada di dalam stoples yang sangat kecil, seukuran stoples selai breakfast di hotel-hotel.

Tahun-tahun belakangan, aku kelelahan di penghujung hari, sehingga tidak mampu merekam banyak kenangan abadi lagi.

Beberapa tahun lalu, aku pernah meminta bantuan Mas Bas. Tapi dia biasanya selalu bekerja. Sejak pensiun dia juga tidak punya banyak pekerjaan.

***

Kemarin adikku Salimar datang berkunjung untuk menikmati minum teh sore-sore. Ketika aku membuka pintu, aku melihat dia menyimpan kenangan tahun 1980 di bawah lengannya. Dia menyimpan kenangannya di dalam kotak kardus sepatu.

"Kuharap kamu tidak menggangguku dengan kenangan tahun itu," kataku, melangkah mundur untuk membiarkannya masuk.

Dia melepas hijabnya. "Tapi aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun