Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Faktor Terbesar Penghambat Kemajuan

26 Januari 2022   22:46 Diperbarui: 26 Januari 2022   23:00 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tahu dan sudah sering mendengar bahwa kesuksesan ataupun kejayaan mustahil dapat diraih tanpa usaha dan kerja keras. Itu sudah menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup ini.

Barangsiapa yang mau berusaha keras dengan bersungguh-sungguh maka hasilnya adalah orang tersebut akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang dia usahakan. Semakin besar usahanya, maka potensi keberhasilan atau kesuksesan yang dia dapatkan tentu semakin besar pula.

Sebaliknya, mereka yang kurang berusaha dan berupaya untuk kerja lebih keras, maka sudah barang tentu hasil yang didapat pun tidak akan seberapa.

Ibarat menabur benih disuatu ladang yang luas, mereka yang bekerja lebih giat dan sungguh-sungguh tak ubahnya seperti sedang menabur banyak benih untuk dipetik dan dipanen dikemudian hari.

Sementara mereka yang menyianyiakan waktunya dengan berleha-leha tanpa ada suatu upaya dan kerja keras, sama saja sedang menyia-nyiakan lahan yang mereka punya. Sehingga tidak ada sesuatu yang bisa mereka panen dikemudian hari.

Lalu pada saat mereka melihat orang yang bekerja dengan keras memetik hasilnya, mereka yang kurang "menabur benih" itu menganggap mereka yang panen itu bernasib beruntung, sementara mereka tidak dan merasa bahwa hidup tidak adil.

Padahal apa yang terjadi diluar sana sebenarnya hanyalah akibat dari pantulan dalam dirinya sendiri. Dirinya sendirilah yang menjadi penyebab mengapa dia tidak kunjung mendapat hasil sebagaimana yang ia inginkan.

Sobat, perlu anda ketahui. Semua manusia itu mempunyai peluang yang sama. Keberuntungan dan kesialan hanyalah hasil dari "pelabelan" atau "pemaknaan" yang kita sematkan pada suatu kejadian atau keadaan.

Ketika seseorang cenderung beruntung, itu tidak terjadi secara ajaib begitu saja, keberuntungan bukanlah hadiah, melainkan "akibat" dari serangkaian aksi dan keputusan dari orang yang mengalami keberuntungan tersebut.

Begitupun dengan kesialan, itu bukan sebuah kutukan atau pun musibah, itu pun pada hakikatnya merupakan "akibat" dari serangkaian aksi dan keputusan dari orang yang mengalami kesialan tersebut.

Banyak orang berpendapat Raffi Ahmad adalah orang yang beruntung. Sehingga dia bisa ada diposisi sekarang dengan kehidupannya yang terbilang sukses.

Namun banyak orang yang juga tidak tahu, sebelum dia ada di posisi yang sekarang, dia hampir bekerja 20 jam setiap hari tanpa mengeluh dan terus melewati prosesnya dengan gigih.

Orang-orang hanya melihat Raffi Ahmad ketika dia sudah berhasil. Padahal sama sepertihalnya manusia lain, dia pernah gagal. Pernah hampir bangkrut dan mempunyai banyak hutang. Keberhasilannya bukanlah akibat dari adanya "keberuntungan" atau pun hadiah Tuhan.

Jadi, keberuntungan dan kesialan itu sebenarnya hanyalah akibat. Bahkan hanya dengan merubah "pikiran" kita sendiri, dengan sekejap kita dapat merubah kesialan menjadi keberuntungan atau pun sebaliknya.

Tidak perlu sampai menyalahkan Tuhan atau pun keadaan. Karena apa pun realitas yang terjadi diluar sana pada hakikatnya merupakan hasil dari apa yang secara "tidak sadar" kita undang untuk datang.

Butuh pemahaman dan kesadaran lebih jauh untuk merubahnya. Tapi memang akan sangat sulit menyelamatkan dan menyadarkan mereka yang sudah terlanjur jatuh kedalam lubang "ketidaksadaran"

Mereka harus dibantu naik setahap demi setahap meninggalkan dan menghancurkan keyakinannya sendiri agar dapat naik kelas.

Mereka harus paham dan tidak boleh lagi merasa bahwa mereka adalah "korban" kehidupan. Mereka harus sadar bahwa, pikiran, tindak-tanduk dan serangkaian aksinya juga ikut menentukan nasibnya sendiri.

Ada orang yang sebenarnya tahu bahwa dirinya kurang berupaya dan berusaha. Tapi karena dirinya sudah merasa "nyaman" dengan keterbatasan dan keadaannya itu, akhirnya tidak ada gairah atau pun semangat yang muncul dalam dirinya untuk merubah semua itu.

Saya pikir tidak ada dalam sejarah orang yang kini sukses hidup kaya raya dan bergelimang harta merasa "nyaman" dengan keadaan "susah" dan mengharuskan dia hidup dalam keterbatasan.

Mereka bisa berubah dari keadaan susah menjadi senang karena mereka "tidak merasa nyaman" dengan keadaan itu sehingga timbulah gairah atau semangat dalam diri mereka untuk merubahnya.

Sama seperti seseorang yang merasa "tidak nyaman" jalan kaki, akhirnya timbulah dalam dirinya sebuah semangat dan upaya bagaimana supaya tidak terus jalan kaki, dari situlah tercipta mobil, motor dan kendaraan yang lainnya.

Bayangkan jika seandainya dulu para Ilmuwan sudah "merasa nyaman" berjalan kaki, maka tidak akan ada mobil, motor atau pun kendaraan lain yang bisa kita gunakan hari ini.

Jadi seseorang bisa menjadi "kaya" pada dasarnya disebabkan karena dia merasa "tidak nyaman" dalam keadaan "miskin". Berkat ketidaknyamanan itulah akhirnya timbul hasrat dan gairah dalam dirinya utuk terus berusaha dan bekerja keras agar bisa merubah keadaan tersebut.

Tapi dunia ini memang unik, ternyata ada banyak orang yang merasa sudah "nyaman" dengan keadaan susah. Sehingga dia merasa tidak perlu sampai bekerja dan berusaha lebih keras untuk merubahnya.

Kalau sudah seperti itu ya wajar saja apabila tidak ada perkembangan dan kemajuan sama sekali di setiap fase kehidupannya. Semua terlihat datar dan terasa monoton bagaikan berlari ditempat sehingga tidak pernah sampai pada tujuan yang diinginkan.

Inilah penghambat kemajuan yang sebenarnya. Seseorang tidak akan pernah menjadi "kaya" apabila dia sudah "merasa nyaman" dengan "kemiskinannya." Seseorang tidak akan pernah menjadi "pintar" apabila dia sudah "merasa nyaman" dengan "kebodohannya". Seseorang tidak akan pernah menjadi "hebat" apabila dia sudah "merasa nyaman" dengan "kekurangannya".

Semua selalu diawali oleh "ketidaknyamanan" untuk dapat mencapai kemajuan dan kejayaan. Maka keluarlah dari zona nyaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun