"Matamu, lihatlah matamu . . . seperti mataku Nak, ada mendung di matamu, maafkan ibu Nak, ibu menyesal " sambil tersedu-sedu.
Rena hanya diam saja makin tidak mengerti.
"Dulu, ibu telah . . . . . ." belum sempat menyelesaikan ucapannya tiba-tiba dua orang algojo berwajah menyeramkan dan berpakaian hitam datang dan memisahkan pelukan mereka, kemudian menyeret wanita itu dengan kasar dan menjambaknya.
"Apa yang kalian lakukan dengan ibu ini?" tanya Rena.
"Dia tidak pantas di sini " jawab salah satu algojo itu.
"Lepaskan ibu itu "sambil mencoba melepaskan tangan algojo itu dari wanita itu. Akan tetapi Rena didorong dengan keras oleh algojo itu. Tangan Rena merah dan dadanya merasa sesak serta sakit.
"Orang bersalah dan banyak dosa patut dihukum " ucap algojo itu.
Tiba-tiba ada algojo lain datang dan kemudian membisikkan sesuatu kepada algojo-algojo itu. Kemudian salah satu algojo itu mendekat dan menyeret Rena mencoba mengusirnya dari tempat itu.
"Kamu harus pulang, di sini bukan tempatmu, pulanglah, ini belum waktunya" ucap algojo itu dengan nada keras. Rena memandang wanita itu, dia tampak lemah dan kesakitan. Kemudian ia pun mencoba mendekati dan ingin menolongnya. Akan tetapi, tangannya ditarik paksa oleh salah satu algojo itu. Tubuhnya pun di dorong keluar pintu, ia merasakan tubuhnya jatuh di tempat yang amat gelap. Rena tak sadarkan diri.
*****
      Rena terbangun, tiba-tiba ia sudah berada di atas tempat tidur, Mbok Inah tertidur disampingnya. Rena merasakan dadanya sangat sakit. Mbok Inah terbangun dan memeluk Rena dengan erat seolah-olah tak ingin melepaskannya. Rasa cemas dan kekhawatirannya selalu ia sembunyikan, mengingat gadis ini adalah harta yang paling berharga. Ia selalu menjaga dengan berjuta kasih sayang.