Mohon tunggu...
Retno Achmad Faisal
Retno Achmad Faisal Mohon Tunggu... ASN/dokter

“Menulis di sela tugas profesi, terinspirasi dari kehidupan komunitas lokal yang unik sarat makna, serta biodiversity hutan hujan tropis dengan flora dan fauna endemisnya.” East Kotawaringin Regency, Central Kalimantan Province, since 2000

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

ESPRESSO & RHINOPLASTY, "Di balik secangkir espresso, ada rupa baru yang menguji cinta lama."

27 September 2025   06:05 Diperbarui: 27 September 2025   06:05 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Espresso menyatukan rasa, rhinoplasty memisahkan percaya."  (Dok. Pribadi)

Haikal menutup mata sejenak, menahan rasa kesal yang nyaris berubah menjadi panik. "Astaga, Rike... kamu kenapa sih? Biasanya nggak sabar pengen ketemu. Sekarang malah bikin aku muter-muter."

Ia kembali ke parkiran, langkahnya berat, hampir terseret oleh kekhawatiran yang semakin menumpuk. Bayangan wajah ceria Rike yang selalu tersenyum kini kontras dengan sikapnya sekarang---misterius, seakan menyembunyikan sesuatu.

Haikal membuka pintu mobil, menyalakan AC, dan menekan voice note:

"Sayang, aku udah di parkiran. Tolong buruan ya, aku masih harus balik ke kafe. Pelanggan pada nanyain kapan aku turun tangan langsung racik kopi. Jangan lama, plis."

Ia duduk menunggu, jantung berdebar, mata tak lepas dari pintu masuk parkiran. Waktu melambat, detik-detik terasa panjang, seakan setiap napas menegangkan.

"Ya Allah," bisiknya lirih, nyaris terdengar hanya oleh dirinya sendiri. "Kenapa perasaan ini nggak enak banget?"

Pertemuan yang Aneh

Haikal menoleh ke arah pintu terminal, matanya tajam menembus kerumunan. Di antara wajah-wajah asing dan senyum lebar para penjemput, tiba-tiba ia melihat sosok yang familiar---Rike. Tapi ada yang berbeda. Wajahnya tertutup masker medis, langkahnya lamban, dan tas serta troli penuh di depannya.

Haikal langsung berlari. Setiap langkah terasa seperti detik yang menegangkan. Napasnya memburu, jantung berdebar kencang, adrenalinnya terpacu. Ia sampai di dekat Rike, mengambil alih troli dari tangannya, dan cepat-cepat mencium dahinya. Aroma parfum kesukaannya masih ada, tapi tetap saja ada perasaan aneh yang menyergap.

"Tumben, pakai masker?" Haikal menoleh sambil mengangkat alis, mencoba menahan rasa penasaran dan khawatir.

Rike hanya tersenyum tipis, tanpa banyak bicara, matanya menatap lurus ke depan. Haikal memperhatikan lebih seksama, dan kaget. Ada sedikit memar kebiruan di antara mata Rike. Hatinya seketika mencelat; rasa cemas dan marah bercampur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun