Mohon tunggu...
Retno Achmad Faisal
Retno Achmad Faisal Mohon Tunggu... ASN/dokter

“Menulis di sela tugas profesi, terinspirasi dari kehidupan komunitas lokal yang unik sarat makna, serta biodiversity hutan hujan tropis dengan flora dan fauna endemisnya.” East Kotawaringin Regency, Central Kalimantan Province, since 2000

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jeritan Diam Orang Utan : Ketika Hutan Meredup, Suara Mereka Terasa Jauh

24 September 2025   15:18 Diperbarui: 27 September 2025   15:40 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang Utan bukan hanya satwa, tapi penjaga hutan terakhir (dok. Pribadi).

Jeritan Diam Orang Utan: Ketika Hutan Meredup, Suara Mereka Terasa Jauh

Retno Achmad Faisal

Prolog

Aku adalah warga biasa dari Kalimantan Tengah. Sejak kecil, aku terbiasa menghirup udara pagi di tepian hutan, mendengarkan kicau burung, melihat hijau menyelimuti bukit-bukit di Tanjung Puting. Aku sering mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting bukan karena status atau jabatan, tapi karena hati---hanya hati yang mengikatku dengan alam di sana.

Suatu hari di tengah hujan deras yang membasahi jalan, aku menyaksikan seekor orang utan betina bersama bayinya merayap keluar hutan, menyeberangi jalan provinsi yang sepi. Ia memanjat tiang listrik dengan tubuh basah kuyup, entah mencari jalan pulang atau hanya sejumput makanan. Petir menyambar jauh di langit, dan mungkin arus listrik yang bocor menyengat tangannya. Bayinya menangis lirih, menempel erat pada tubuh induknya. Aku hanya seorang manusia biasa, tak punya kekuatan besar, namun rasa sedih di dadaku meremukkan hati, seakan ikut merasakan setiap sengatan dan ketakutan mereka.

Orang Utan, Cermin Kehidupan Kita

Orang utan, yang dalam bahasa Latin disebut Pongo pygmaeus untuk orang utan Kalimantan, adalah makhluk agung penghuni hutan hujan tropis. Mereka dikenal sebagai "manusia hutan", bukan tanpa alasan: orang utan berbagi sekitar 97% DNA dengan manusia. Setiap gerak, ekspresi, dan interaksi sosial mereka memantulkan kemiripan yang mengingatkan kita bahwa manusia dan orang utan berasal dari pohon keluarga yang sama dalam sejarah evolusi.

Sifat orang utan penuh keanggunan sekaligus kelembutan. Mereka cerdas, penyayang, dan sangat peduli terhadap bayi dan keluarga kecilnya. Induk orang utan menggendong bayinya hingga berbulan-bulan, mengajarkannya cara memanjat, memilih buah, dan membaca bahaya di hutan. Mereka punya naluri kuat untuk bertahan hidup, tapi juga hati yang peka, mampu merasakan kehilangan dan bahaya yang mengancam habitatnya. Selain itu, orang utan dikenal cerdas, kreatif, dan adaptif. Mereka mampu menggunakan alat sederhana untuk mendapatkan makanan, membuat sarang dari daun dan ranting, dan mengingat lokasi pohon buah favorit di hutan. Tingkah laku ini menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi dan kemampuan belajar yang mirip dengan manusia.

Orang utan bukanlah mitos atau dongeng yang hanya muncul di buku. Mereka adalah makhluk hidup yang darahnya sama panasnya dengan darahku. 

Krisis yang Terlihat dengan Mata Kepala Kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun