Mohon tunggu...
Redining Nila Astuti
Redining Nila Astuti Mohon Tunggu... Freelancer - penikmat yang bukan pengila

menulis bukan hanya di kertas, pemimpi yang ingin bergerak dengan mata terbuka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wijaya Kusuma Dalam Mitologi Jawa

13 September 2020   22:26 Diperbarui: 24 Mei 2021   23:57 2027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Wijaya Kusuma - Dok.Pribadi

Wijaya kusuma adalah tanaman yang termasuk dalam jenis kaktus yang tidak berduri dan mampu bertahan dalam kondisi kering. 

Bunga ini berasal dari Venezuela, Amerika Selatan, yang di bawa oleh para pedagang cina melalui jalur majapahit. Bunga wijaya kusuma (Epiphyllum anguliger) terkenal dengan sebutan Ratu Malam dan terbilang langka. 

Kenapa di katakan begitu, karna jam mekar bunga tersebut adalah saat tengah malam dengan siklus satu kali dalam setahun, bunga ini hanya sekali mekar dan kemudian akan layu di pagi harinya. 

Ketika mekar bunga akan mengeluarkan aroma semerbak bunga yang khas, sehingga berkembang mitos seseorang yang dapat melihat wijaya kusuma mekar di katakan akan mendapatkan keberuntungan.

Baca juga : Mitos dan Fakta tentang Bunga Wijayakusuma

Terkait kisah pewayangan. Konon bunga Wijayakusuma ini adalah senjata ampuh istimewa milik sri bathara Kresna yang mampu menghidupkan orang yang belum waktunya meninggal, ia merupakan putra prabu Basudewa yang berasal dari kerajaan Madura. 

Disebutkan pula, bathara Kresna itu adalah sosok raja yang bijaksana dari negara Dwarawati. Kembang Wijayakusuma yang istimewa ini, konon hanya dipakai untuk membantu Pandawa pada saat kondisi genting dan terdesak.

Dalam cerita rakyat selanjutnya, sri bhatara Kresna dalam dunia wayang dianggap sebagai titisan sang hyang Wisnu, yang kemudian melakukan muksa (kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan). 

Konon suatu ketika Kresna ini yang melempar (melarut) bunga Wijayakusuma ini ke laut kidul (samudera Indonesia) yang kalau dilihat sekarang lebih dekat dengan pulau Nusakambangan. Bunga ini dilemparkan bersama tempat sejenis potnya. 

Kemudian Tutup pot yang berbentuk bundar, konon mewujud menjadi pulau Majeti, sementara tempat di bagian bawah bisa menjadi pulau karangbandung. Kalau dilihat dalam peta dan lokasi sekarang, dua pulau ini juga masih berdekatan dengan pulau Nusakambangan.

Baca juga : Sebuah Wacana : Si Pitung, Jokowi dan Bunga Wijayakusuma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun