Mohon tunggu...
Ayu Laksmi
Ayu Laksmi Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Bercerita melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Waktu Mekarnya Bunga-bunga

23 Mei 2021   20:51 Diperbarui: 28 Mei 2021   15:00 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Urip iku mung sawang sinawang" kata pepatah Jawa lama, atau mungkin dalam bahasa Indonesia padanan yang menyerupai adalah "rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau" yang dahulu aku belum mengerti maksudnya. Beranjak dewasa semakin banyak hal yang dahulu tidak ku mengerti, namun sekarang jadi masuk akal.

Beberapa orang pernah berkata, mulai dari orang-orang terdekat hingga terluar sekalipun "Enak ya jadi kamu. Sepertinya hidupmu bahagia kalau aku lihat dari postingan-postinganmu di sosial media." Atau kalimat seperti "Enak ya jadi kamu, hidup tanpa beban dan masalah, setiap harinya seperti menyenangkan."

Tiap kali mendengar dan membaca kalimat-kalimat tersebut aku terdiam dan terhanyut. Satu sisi pikiranku selalu berpikir bahwa mereka hanya melihatku dari satu sisi yang hanya aku tunjukkan pada mereka yaitu sisi bahagia dan menyenangkan dari hidupku. Sisi yang mungkin dilihat orang demikian dan berita baiknya, itu berarti aku dapat membagikan dan menebar sedikit kebahagiaan dari cerita ataupun foto yang kubagikan. Namun di sisi lain, ketika mendengar hal tersebut pikiran liarku langsung berkelana dan berkomentar ketus, ia sebal orang melihatku seperti itu. Karena hidupku tidak berasal dari intan dan permata, aku juga tidak terlahir dengan sendok perak di mulutku--- apalagi sendok emas.

Banyak hal yang orang tak mengerti tentang aku, dan duniaku--- termasuk orang-orang terdekatku. Aku banyak menyimpan rahasia, dan cenderung menyimpan segala masalah dalam suatu kotak. Sampai suatu hari, entah sejak kapan perlahan kotak itu menjadi aku.

Duniaku dan hidupku, tak semulus dan seindah yang orang lihat atau katakan. Aku hanya berusaha menunjukkan hal baik dan menyenangkan pada dunia, agar tidak menambah dan menciptakan hal buruk yang telah banyak ada di dunia. Namun jika kau benar-benar penasaran dan ingin tahu, sebenarnya aku terbuat dari untaian kegelapan dan jahitan air mata--- yang tak pernah ku perlihatkan pada siapapun kecuali aku. Bahkan hingga di detik aku menulis ini, setiap detiknya aku selalu berusaha untuk berjuang agar bertahan.

Menurutku tidak mudah untuk bertahan dan melawan segala pikiran-pikiran buruk, segala setan di dalam diri ataupun masalah-masalah (yang tidak mungkin ku jelaskan satu per satu) yang terus menerus menarikku ke dalam jurang kegelapan; dan memaksa diri untuk menjadi positif dan selalu terlihat ceria setiap harinya. Namun dari segala hal yang terjadi, aku berusaha untuk bertahan melawannya. Sesederhana berusaha melihat kebahagiaan dari hal-hal biasa yang terjadi dalam hidup dan mensyukurinya. Seperti menenggak secangkir kopi di kedai lawas yang baru saja kutemukan dalam perjalananku ketika hendak menghirup udara kota yang cukup menyesakkan hari ini-- hal yang tidak terduga namun menghangatkan.

Karenanya apa yang terlihat diluar indah dan menyenangkan belum tentu dari dalam demikian, pun sebaliknya. Apa yang terlihat dari luar buruk dan menyedihkan, belum tentu demikian. Kita tidak akan pernah bisa mengukur kedalaman laut seberapa dalam, atau seberapa tinggi angkasa hanya dengan melihat dan merasakannya dari jauh bukan?

Oleh karenanya jangan pernah bandingkan perjuangan satu orang dengan lainnya, hidup satu orang dengan lainnya, karena setiap orang punya luka yang tak pernah mereka perlihatkan pada siapapun tak peduli betapa bahagia terlihatnya dari luar. Kita tidak pernah tau bagaimana perjuangan seseorang untuk menjadikan orang itu seperti yang kita lihat saat ini, apa yang telah ia korbankan dan hadapi di perjalanannya. Karenanya mari jadi orang-orang yang bersyukur, yang hidup fokus pada pengembangan diri sendiri daripada sibuk membandingkan diri dan hidup kita dengan orang lain.

Karena bunga-bunga tidak pernah bertanya kenapa ia berbeda satu dengan lainnya, dan mereka pun pada akhinya akan mekar pada waktunya masing-masing.

Ditulis bersamaan dengan renungan dalam kesendirianku, di Stroom Coffee, Gambir.

23 Mei 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun