Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 23, Bumi Kenyalang) - Manusia dan Alam

5 April 2024   10:55 Diperbarui: 5 April 2024   11:00 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dingin ketika subuh, namun badan terasa begitu segar. Suasana yang sangat alami ini sudah lama tidak dirasakan Abdi dan Dalem, selama ini mereka hanya berpetualang ke kota-kota. Seusai menunaikan sholat subuh, keduanya didatangi oleh Imam Hassan yang mengajak ke Universitas di dekat lokasi perkemahan.

            "Gimana, tertarik?" tanya Imam Hassan.

            Tak perlu waktu lama bagi Abdi dan Dalem untuk bersiap, senyum keduanya tak bisa disembunyikan ketika mereka berjalan bersama Imam Hassan menuju bangunan di atas bukit sebelah timur laut.

            Ditemani beberapa prajurit mereka memutuskan untuk berjalan kaki, disepanjang perjalanan cukup banyak hal menarik untuk didiskusikan.

            "Jarak antar rumah penduduk amat jarang ya," Abdi pertama kali berkomentar.

            "Yap, penduduk asli di sini adalah orang Dayak, mereka biasa hidup dengan alam secara harmonis," timpal Imam Hassan.


            "Enak kok hidup bersama alam, apalagi kalau banyak buah-buahan di sekitar," ujar Dalem sambil mengambil beberapa buah berwarna merah muda dari dahan.

            "Makan terus kamu Lem," ucap Abdi.

            "Itu buah engkala, pasti cukup membuatmu kenyang karena kandungan lemaknya. Banyak kok di sini," jelas Imam Hassan.

            Di beberapa tempat yang mereka lalui terlihat rumah-rumah panggung tempat berkumpul.

            "Kebanyakan mereka beragama Nasrani," telunjuk Imam Hassan mengarah ke salah satu rumah panggung. Barulah setelah beberapa lama mereka melihat surau kecil cukup bersih dan tampaknya sangat rutin digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun