Mohon tunggu...
Imroah
Imroah Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup dalam ketenangan

Seneng Ghibahahahaha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salah Bukan untuk Ditutupi, tapi Diakui (2)

23 Mei 2021   07:27 Diperbarui: 23 Mei 2021   09:47 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ilustrasi Permenungan / dokpri

"Pada prinsipnya, aku telah salah memahami Mariam. Aku yang benar-benar mencintainya, namun dia hanya menjadikanku pelarian atas masa lalu yang belum usai. Hubungan ini tak lebih hanya pemaksaan nafsu. Setelah aku meminangnya dia menjadi berubah; tidak sehangat dulu, tidak seintim dulu. Perlahan aku curiga dengan sikap yang berubah itu. Hingga aku memberanikan diri untuk menanyakan perubahan sikap terhadapku".

"Mariam kala itu hanya menangis, dan aku semakin bingung. Setelah tangisnya reda, dia bercerita tentang masa lalu yang tidak pernah diceritakan padaku. Dia bercerita bahwa sebelum menjadi kekasihku, dia memiliki seorang kekasih dan berstatus LDR. Kekasihnya telah menyenyam Pendidikan di Belanda. Mariam bilang jika selepas menyelesaikan program di Lembaga ini, dia akan menyusul ke Belanda. Namun ternyata laki-laki yang dia cintai itu telah menghamili seorang wanita bule berkebangsaan Australia. Pada saat itu Mariam merasa hancur. Menurut pengakuannya, dia melampiaskan kemarahan pada kekasihnya dengan menerima cintaku. Dia juga mengaku ketika berhubungan, dia membayangkan kekasihnya".

"Saat aku mendengar pengakuan Mariam, rasanya ingin ku bunuh dia saat itu juga. Namun air martanya dan suaranya itu, yang membuat aku mengurungkan niat itu. Mariam melanjutkan bahwa kekasihnya yang di Belanda sekarang sudah Kembali kekampung halamannya. Laki-laki itu sudah bercerai dengan istri bulenya. Laki-laki yang tidak disebutkan namanya itu merengek dan memohon maaf kepada Mariam, hingga hati Mariam ciut dan luluh kembali".

"Berulang kali ucapan maaf Mariam kepadaku atas apa yang telah dia lakukan kepadaku. Kepada semua yang telah kami lakukan bersama. Aku benar-benar kalap pada saat itu. Tanganku sudah menampar pipi halusnya. Dan dia tetap meminta maaf dan bersimpu di kakiku. Cinta yang selama ini tidak terkira seketika menjadi benci yang luar biasa. Saat itu pula kutendang tubuhnya hingga terjerembab ditanah. Dan aku mengatakan pisah saat itu juga ".

Luar biasa, aku benar-benar tidak mempercayai apa yang sudah ku dengar. Cerita tentang masa lalu yang benar-benar kelam. Sebuah pergaulan bebas, penghianatan, ketidak-jujuran, pengakuan dosa dan penyesalan semua terangkum menjadi satu. Dan yang tidak dapat diterima dengan akal sehat adalah sehitam itukah wajah pemuda-pemudi hari ini. Tiba-tiba aku menitihkan air mata; entah karena kasihan, marah atau miris. Adam mengelus kepalaku sembari mengatakan "Jangan sampai hidupmu hancur seperti aku, Tin. Hiduplah dengan sebaik-baik hidup", ungkapnya.

(lanjut  seri 3----->)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun