Mohon tunggu...
Regina Hudda Shakila
Regina Hudda Shakila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi - Universitas Brawijaya

Perkenalkan Nama saya Regina Hudda Shakila saat ini saya aktif sebagai Mahasiswi jurusan Psikologi Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bipolar Disorder Menyebabkan Bunuh Diri, Apa Itu Bipolar Disorder?

30 November 2022   01:51 Diperbarui: 30 November 2022   01:56 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bunuh diri kini telah menjadi suatu masalah global dan merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Bunuh diri di Indonesia mayoritas berhubungan dengan masalah kesehatan mental. 

Salah satu gangguan mental yang dapat membawa seseorang menuju keputusan bunuh diri adalah Bipolar Disorder, lalu apakah kalian tahu tentang Bipolar Disorder itu ? Mari kita simak pembahasannya!

Apa Itu Bipolar Disorder?

Bipolar Disorder adalah gangguan kronis berulang yang ditandai dengan fluktuasi keadaan mood dan energi. Ini mempengaruhi lebih dari 1% populasi dunia terlepas dari kebangsaan, asal etnis, atau status sosial ekonomi. 

Bipolar Disorder adalah salah satu penyebab utama kecacatan di kalangan anak muda, yang menyebabkan gangguan kognitif dan fungsional serta peningkatan kematian, terutama kematian karena bunuh diri. 

Prevalensi tinggi komorbiditas psikiatri dan medis khas pada individu yang terkena. Diagnosis yang akurat dari Bipolar Disorder sulit dalam praktek klinis karena onset yang paling sering adalah episode depresi dan terlihat mirip dengan depresi unipolar. Selain itu, saat ini tidak ada biomarker yang valid untuk gangguan tersebut. Oleh karena itu, peran penilaian klinis tetap menjadi kunci. 

Deteksi periode hiponamik dan penilaian longitudinal sangat penting untuk membedakan gangguan bipolar dengan kondisi lain. Pengetahuan saat ini tentang strategi farmakologis dan psikologis yang berkembang dalam bipolar disorder adalah yang paling penting. Bipolar Disorder, atau manik-depresif, adalah gangguan mood yang sering, parah, dan sebagian besar berulang yang terkait dengan morbiditas yang tinggi. 

Prevalensi Bipolar Disorder seumur hidup adalah 1.3 hingga 1.6%. Tingkat kematian penyakit ini dua hingga tiga kali lebih tinggi daripada populasi umum. Sekitar 10-20% individu dengan Bipolar Disorder bunuh diri, dan hampir sepertiga pasien mengakui setidaknya satu kali percobaan bunuh diri. Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam. Mulai dari hipomania ringan atau depresi ringan hingga bentuk mania atau depresi berat yang disertai psikosis berat.

Bipolar Disorder sama-sama lazim di semua jenis kelamin, dengan pengecualian siklus cepat, varian gangguan yang parah dan sulit diobati, yang sebagian besar muncul pada wanita. Karena tingginya risiko kekambuhan dan bunuh diri, pengobatan farmakologis profilaksis jangka panjang diindikasikan. 

Garam litium adalah pengobatan pencegahan jangka panjang pilihan pertama untuk Bipolar Disorder. Mereka juga memiliki efek antisuicidal yang terdokumentasi dengan baik. Perawatan profilaksis pilihan kedua adalah carbamazepine dan valproate, meskipun bukti efektivitasnya lebih lemah.

Apa saja gejala individu yang mengalami Bipolar Disorder? 

Individu dengan Bipolar Disorder setidaknya mengalami tiga dari gejala-gejala berikut ini, yaitu : 

1. Meningkatnya harga diri dan kemegahan adalah fitur umum episode manic, seperti penurunan kebutuhan untu tidur.

2. Berbicara dan proses berpikir bertambah cepat, berbicara denagn kondisi tertekan dan pemikiran yang melompat dengan cepat dari satu topik ke topik yang lainnya.

3. Dapat dengan mudah terganggu atau gelisah. Akhirnya, terjadilah peningkatan aktivitas sosial, seksual, atau pekerjaan, dan terutama keterlibatan dalam kegiatan yang menyenangkan, yang dapat mengakibatkan perilaku yang memiliki potensi konsekuensi negatif, dan bahwa kemudian individu yang bersangkutan merasakan penyesalan.

Bagaimana cara mengobati Bipolar Disorder? 

Farmakoterapi adalah pengobatan lini pertama untuk menstabilkan episode Bipolar Disorder. Namun demikian pemberian farmakoterapi saja tidak cukup dalam managemen gangguan bipolar. Intervensi psikososial bersama-sama dengan pemberian farmakoterapi memberikan hasil outcome yang lebih baik. Psikoterapi menjadi komponen penting dalam strategi pengobatan bipolar bersama-sama dengan farmakoterapi (Vieta et all,2009).

Beberapa studi menunjukan bahwa intervensi psikoterapi sebagai tambahan pada pengobatan Bipolar dapat memenuhi kebutuhan yang belum didapatkan pasien dalam tatalaksana pasien jangka panjang dibanding hanya dengan pemberian farmakoterapi saja (Miklowitz, 2008). 

Namun demikian hanya <30% psikiater yang menganggap bahwa psikoterapi memainkan peran penting dalam tatalaksanya Bipolar Disorder. Hal ini disebabkan karena psikoterapi dianggap sebagai terapi alternatif, bukan sebagai terapi komplementer yang harus diberikan bersama dengan farmakoterapi. 

Setelah membaca pembahasan tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa sudahkah anda peduli dengan kesehatan mental anda? menurut pendapat saya jika anda memilki gejala tersebut janganlah panik dan hubungi pihak keluarga serta berkonsultasi dengan psikolog  ataupun psikiater. Dan yang paling penting adalah jangan mendiagnosis diri anda sendiri! 

love yourself! love your life! 

Referensi : 

Grande, I., Berk, M., Birmaher, B., & Vieta, E. (2016). Bipolar disorder. The Lancet, 387(10027), 1561-1572.

Müller-Oerlinghausen, B., Berghöfer, A., & Bauer, M. (2002). Bipolar disorder. The Lancet, 359(9302), 241-247.

Puspitosari, W. A. The Needs of Bipolar Disorder Psychoeducation in Family Members.

Safira, F. (2015). Hubungan antara gangguan bipolar dengan risiko bunuh diri pada pasien rawat inap di rumah sakit jiwa daerah sungai bangkong pontianak tahun 2014. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3(1).

Budiarti, M., Wibhawa, B., & Ishartono, F. V. W. (2018). Pekerjaan sosial: Bekerja bersama orang dengan gangguan bipolar. Jurnal Penelitian & PPM, 5(1), 14-22.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun