Mohon tunggu...
razendra alfitra
razendra alfitra Mohon Tunggu... siswa

gemar membaca , ingin menjadi anggota legislatif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menghirup Asap Jakarta

11 September 2025   09:14 Diperbarui: 11 September 2025   09:12 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menghirup Asap Jakarta: Kisah Polusi Kendaraan dan Dampaknya pada Kita

Coba bayangkan ini: setiap hari, jutaan kendaraan bermotor memadati jalanan kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Asap yang mereka keluarkan bukan hanya sekadar gangguan visual, tapi juga masalah serius bagi lingkungan dan kesehatan kita. Peningkatan jumlah kendaraan, terutama di kota-kota besar, telah menyebabkan peningkatan polutan berbahaya seperti partikel halus (PM2.5), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO). Ini bukan sekadar angka-angka di laporan, tapi udara yang kita hirup setiap hari. Oleh karena itu, kita perlu mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah polusi udara ini, mulai dari diri sendiri hingga pemerintah dan industri. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan transportasi umum atau beralih ke kendaraan listrik/hibrida.

•Kondisi Umum

â—¦Indonesia Darurat Polusi: Sayangnya, Indonesia termasuk negara dengan tingkat polusi yang cukup tinggi. Kita perlu menyadari bahwa ini adalah masalah nyata yang mempengaruhi kualitas hidup kita.

â—¦Penyebabnya Kompleks: Polusi udara ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari asap kendaraan, limbah pabrik, debu, hingga asap dari kebakaran hutan dan rokok. Ini adalah kombinasi masalah yang perlu kita atasi bersama.

•Jakarta: Contoh Nyata

â—¦Jakarta di Peringkat Buruk: Jakarta sering menjadi sorotan karena kualitas udaranya yang buruk. Pada 13 Agustus 2024, Jakarta bahkan mencatat indeks kualitas udara (AQI) tertinggi di dunia dengan skor 177, yang masuk kategori "tidak sehat". Ini adalah peringatan bagi kita semua.

â—¦Transportasi Biang Kerok: Sektor transportasi menyumbang sekitar 67,04% dari total polusi udara di Jakarta. Bayangkan, sebagian besar polusi berasal dari kendaraan bermotor yang kita gunakan setiap hari.

â—¦Industri dan Kebiasaan Kita Juga Berperan: Selain transportasi, industri juga menyumbang sekitar 32,49,8% dari polusi udara. Pembakaran sampah dan penggunaan bahan bakar fosil di rumah tangga juga ikut memperburuk keadaan.

•Kota Lain: Tidak Kalah Mengkhawatirkan

â—¦Yogyakarta dan Kota Lainnya: Polusi udara di wilayah perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Yogyakarta, juga memprihatinkan. Ini bukan hanya masalah Jakarta, tapi masalah nasional.

â—¦Kendaraan dan Kemacetan: Pemicu utama dari kondisi ini adalah jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah dan kemacetan yang semakin parah. Semakin macet, semakin banyak polusi yang dihasilkan.

1.Transportasi Berkelanjutan: Mari kita mulai dengan menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki. Jika memungkinkan, praktikkan carpooling dengan teman atau kolega.

2.Kendaraan Ramah Lingkungan: Pertimbangkan untuk beralih ke kendaraan listrik/hibrida. Dukung juga pengembangan bahan bakar alternatif yang lebih bersih.

3.Perawatan Kendaraan: Pastikan kendaraan kita selalu dalam kondisi prima dengan melakukan servis rutin. Gunakan juga bahan bakar berkualitas tinggi.

4.Peran Pemerintah: Pemerintah perlu menerapkan standar emisi yang ketat, melakukan uji emisi berkala, dan mengatur lalu lintas dengan lebih efektif.

5.Edukasi Masyarakat: Mari kita tingkatkan kesadaran tentang dampak polusi udara dan cara menguranginya. Edukasi adalah kunci untuk mengubah perilaku dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Razendra Kumara AXII IPS 2

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun