Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dibalik Tato Ayahku

13 Maret 2023   18:12 Diperbarui: 13 Maret 2023   18:41 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama ini aku selalu penasaran, kenapa ayahku mempunyai tato bunga mawar di lengan kanannya. Aku ingin menanyakan itu, tapi tidak berani. Yang aku tahu, dulunya ayah adalah laki-laki yang menjadi idaman di kampungnya.

 Menikah dengan bunda adalah hasil dari perjodohan kakekku. Zaman dulu perjodohan mungkin hal yang biasa. Tapi aku tidak mau mengikuti perjodohan. Aku ingin memilih pasanganku sendiri. 

Ayah sosok yang berkharisma, tampan dan perhatian. Ayah terlihat sangat mencintai bunda. Kebiasaannya setiap hari  tak pernah melewatkan kata luv u bunda. 

Lalu Bundaku, cantik, perhatian dan agak sedikit cerewet...tapi, bunda the best buat aku. Sepertinya mereka memang jodoh yang cocok satu sama lain. Sementara aku...belum pernah sekalipun berpacaran. 

Dari dulu, Ayah melarangku. Katanya, tidak boleh berpacaran, haram. Hingga kini di usiaku yang sudah menginjak umur 25 tahun masih sendiri. Namun itu dulu, sekarang ayah bebas menentukan pilihan. Tapi, tentu ada amanah ayah yang harus aku pegang dalam mencari pasangan itu harus seiman. 

Mereka bahagia dengan satu sama lain, padahal mereka hasil perjodohan, aku jadi iri. Apa aku juga sebaiknya minta dijodohkan saja?, hemm...
Saat itu, langit sangat cerah. Ada ayah, aku dan bunda. Kami bercengkrama di halaman rumah menikmati kesegaran pagi di hari minggu.

Kami bercerita banyak hal, dan sepertinya ayah tahu kalau aku penasaran dengan tatonya. Katanya,  Ayah selalu memakai baju panjang karena tidak ingin tatonya terlihat. Padahal tato itu masih terlihat cantik dan berwarna. Ayah,  sudah lama tidak memakai kaos pendek  lagi karena teman ayah pernah menertawakannya.

 Semenjak itu, ayah selalu menutupi tatonya dengan memakai kaos panjang. Ayah takut bunda merasa malu, padahal bunda sangat suka dengan tato ayah. 

Walaupun kata bunda dulu tidak menyangka kalau ayah berani membuat tato di lengan kanannya. Agak lucu juga ternyata cerita dibalik tato ayahku ini. Bunda zaman dulu suka menyimpan bunga di dalam kamarnya. Terutama bunga mawar. 

Setelah perjodohan itu, bunda jadi murung dan sampai lupa menyiram bunga dalam pot di kamarnya. Bunga-bunga itu lalu cepat layu.
 Ayah adalah seorang informan sejati. 

Saat itu ayah banyak mencari info tentang kebiasaan bunda. Akhirnya ayah tahu kalau bunda suka bunga mawar dan sudah beberapa minggu murung karena dijodohkan. Saat ayah berkunjung ke rumah bunda, ayah melihat banyak sekali tumpukan bunga layu di atas rumput di pojok halaman. 

Ayah bertanya pada penjaga taman rumah bunda dan itu adalah bunga-bunga layu yang tidak disiram nonanya. Saat itu juga ayahnya langsung pamit tidak jadi menemui bunda dan tercetuslah ide membuat tato bunga mawar yang tidak akan pernah layu. Itu bisa dibilang rayuan gombal sih...tapi ternyata, usaha ayah untuk   meluluhkan hati bunda berhasil. Perlahan bunda menerima cinta ayah sehingga hadirlah aku.


Bunda berkata, bahwa bunda tidak malu ayah mempunyai tato bunga mawar di lengannya dan jangan malu karena itu kenang-kenangan cinta mereka.
Kisah cinta di setiap zaman berbeda-beda.

 Mungkin aku merasa geli saat mendengar kisah cinta orangtuaku. Tapi ternyata...ada keinginan di dalam hati kalau aku juga kelak ingin mendapat jodoh seperti ayahku. Perhatian, penuh cinta...
Dan benar saja, di sela perbincangan kami, ayah menuturkan bahwa ada temannya yang sedang mencari jodoh untuk anaknya. 

Ayah sudah sangat mengenal putra dari temannya itu. Dan ayah menyuruhku untuk menunggunya asaat itu. Lalu tiba-tiba terdengar suara gerbang pintu yang dibuka mbok Sumi. Mbok yang selalu tiba-tiba muncul dengan sigap dan mengerjakan apapun di rumah ini. 

Kulihat siapa gerangan yang datang. Seketika aku memandang ayah dan bunda, mereka hanya tersenyum lalu menyuruhku untuk berdandan rapi. Aku secara spontan berlari ke dalam kamar karena saat itu dandananku acak-acakan.


Dengan perasaan gemetar dan masih kaget dengan situasi itu, aku memberanikan diri keluar kamar. Tentu saja aku sudah berdandan cantik.
Aku menyajikan minuman hangat untuk mereka. Kurasa itu teman yang ayah ceritakan dan istrinya, tapi pemuda itu...apa dia yang ayah ceritakan? Aku menebak-nebak sendiri sampai tidak sadar kalau ayah sedang mengenalkan pemuda itu padaku dan aku sedikit gemetar. 

Aku tidak berani memandang pemuda itu, tapi dilihat dari wajahnya sangat tampan dan berkharisma. Hatiku dak...dik...duk tidak karuan, aku berpikir ini terlalu mendadak. Aku belum bersiap-siap. 

Terdengar suara lembut memanggilku dan aku memandangna...aku tidak bisa berkata-kata sehingga tanpa sadar aku mengatakan "iya...mau". Terdengar gelak tawa sehingga memecah keheningan saat itu. Aku bingung apa yang salah.
"Mau apa Rona?", teman ayah menyahut.
YA ampun, apa yang kulakukan....aku membuat malu diriku sendiri. Dalam hatiku sambil menahan rasa malu atas ulahku sendiri.

"Ini, Om Bram, ini tante Shella dan ini Arya", turtur ayahnya.
"Syukurlah kalau mau... Rona", sahut Om Bram dan terdengar lagi suara gelak tawa mereka.

 Entah seperti apa wajahku saat ini, yang jelas aku merasa gerah dan ingin meloncat sampai ke dasar kolam renang atau kali...apapun itu.
Om Bram dengan perawakan tinggi besar dan Arya yang bertubuh tegap serta berkharisma juga tante Shella yang anggun dan cantik. Kupandangi mereka satu persatu. Mereka sepertinya menerima sinyal suka dariku. 

Aku menerima perjodohan mereka dengan terbuka berharap kisah yang bukan roman picisan akan menjadi awal kebahagiaanku seperti ayah yang bahagia bersama bundaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun