Mohon tunggu...
Rasya Farhan
Rasya Farhan Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Ar-Raniry

Hai kompasioner aku adalah mahasiswa UIN angkatan 22 hobi ku bermain futsal kadang aku juga suka bermain game hehehehe umur ku 20 program studi ku komunikasi penyiaran Islam fakultas dakwah dan komunikasi mungkin itu saja pengenalan diri dari saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"ILO dan Rohingya: Menyiapkan Generasi Tangguh melalui Pelatihan Keterampilan"

19 September 2025   02:40 Diperbarui: 19 September 2025   02:31 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bersama dengan Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), telah mengembangkan dan menerapkan kerangka kerja pengembangan keterampilan berbasis kompetensi yang pertama untuk para pengungsi Rohingya di Bangladesh. Tujuan dari kerangka kerja ini adalah untuk memberikan keterampilan kerja yang akan membantu mereka memperoleh pekerjaan yang layak, baik jika mereka kembali ke Myanmar maupun jika mereka memilih untuk tinggal di negara lain.

Pelatihan berbasis kompetensi (CBT) adalah suatu sistem yang terstruktur dan sistematis untuk pelatihan serta penilaian, yang dirancang untuk membantu individu dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan agar dapat menjalankan tugas kerja tertentu dengan efektif, sesuai dengan standar yang diharapkan dalam industri. Sistem ini dikembangkan berdasarkan permintaan pasar dan disajikan dengan cara yang fleksibel, menggunakan modul-modul yang memungkinkan individu untuk belajar secara mandiri dan memastikan mereka benar-benar menguasai keterampilan industri yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang baik di dunia kerja.

Menurut informasi dari UNHCR, warga Rohingya merupakan kelompok yang paling banyak tidak memiliki kewarganegaraan di seluruh dunia. Hal ini menjadi kendala besar bagi mereka dalam mengakses pelatihan CBT formal, yang biasanya didasarkan pada kerangka kerja nasional yang berlaku. Akibatnya, kesulitan ini menghambat upaya mereka untuk mendapatkan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan peluang kerja mereka, baik di negara tempat mereka tinggal saat ini maupun jika mereka memutuskan untuk kembali ke tanah asal mereka.

Pada Agustus 2022, Bangladesh mengesahkan Kerangka Kerja Pemerintah Bangladesh -- Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengembangan Keterampilan, yang ditujukan bagi pengungsi Rohingya dan komunitas tuan rumah. Kerangka kerja ini memberikan jalan bagi para pengungsi untuk mendapatkan keterampilan penting yang diperlukan untuk mencari pekerjaan atau memulai usaha mereka sendiri. 

Dengan dukungan dari proyek ISEC ILO yang didanai oleh Kanada, UNHCR melakukan penilaian terhadap kebutuhan keterampilan pemuda pengungsi Rohingya berusia antara 18 hingga 24 tahun di Cox's Bazar dan Bhasan Char pada tahun 2022. Penilaian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat pendidikan dan pelatihan yang mereka miliki, keterampilan kerja yang sudah ada, serta kebutuhan pelatihan yang diperlukan agar mereka dapat terlibat secara produktif di kamp-kamp tersebut. Ini memberikan informasi penting untuk mengembangkan kerangka kerja pelatihan berbasis kompetensi yang sesuai. Dengan demikian, mitra pembangunan dapat menemukan dan merancang kursus yang sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Myanmar dan Kerangka Acuan Kualifikasi ASEAN. Tujuannya adalah untuk memudahkan mobilitas tenaga kerja.

Pekerjaan prioritas :

  • Kerangka kerja pelatihan berbasis kompetensi sangat penting untuk memastikan bahwa para pengungsi Rohingya tidak tertinggal. Ini memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara efektif di pasar tenaga kerja, baik melalui repatriasi maupun migrasi. Pengembangan keterampilan adalah langkah penting menuju keadilan sosial bagi para pengungsi," ujar Tuomo Poutiainen, Direktur Negara ILO untuk Bangladesh.
  • Sepuluh kursus CBT yang saat ini ditawarkan kepada para pengungsi meliputi pengoperasian mesin jahit, perpipaan, pengecoran beton, mekanik mesin kecil, teknisi listrik bangunan, produksi tanaman, tenaga kesehatan masyarakat, pengasuhan anak, pemasangan dan pemeliharaan panel surya (PLTS), serta pembuatan kue.
  • Pengembangan keterampilan ini dilakukan melalui berbagai mitra dan pemangku kepentingan di Cox's Bazar, termasuk proyek ILO yang bertajuk "Tidak Meninggalkan Siapa Pun: Meningkatkan Keterampilan dan Peluang Ekonomi bagi Perempuan dan Pemuda di Cox's Bazar, Bangladesh" (ISEC).

Melalui pelatihan berbasis kompetensi, lebih dari 5.500 pengungsi Rohingya di Cox's Bazar dan Bhasan Char telah berhasil menyelesaikan pelatihan dalam berbagai pekerjaan atau keterampilan. Ini memungkinkan mereka untuk terlibat dalam berbagai kegiatan produktif, seperti menjadi sukarelawan di kamp, memulai bisnis seperti menjahit, dan memproduksi makanan, yang membuat mereka lebih mandiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun