Mohon tunggu...
Ronald Pasir
Ronald Pasir Mohon Tunggu... Economist, Stock trader, financial adviser, freelance writer

Hobi Mancing dilaut, menyukai humor, open minded, peniti jalan kehidupan. Suka menulis, percaya bahwa kata-kata bisa menjadi senjata nurani. Menulis bukan untuk menjadi populer, tapi untuk membela yang tertindas dan menggugah yang terlena. Diam di tengah ketidakadilan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Manusia Lebih Takut Kepada Kekuasaan Firaun Modern?

11 Juni 2025   08:39 Diperbarui: 11 Juni 2025   08:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kekuasaan duniawi, betapapun menakutkan dan menekan, hanyalah bayangan kekuasaan sejati yang tidak terlihat oleh mata, namun terasa oleh jiwa. Sayangnya, banyak di antara kita lebih percaya kepada kekuasaan yang tampak, meskipun rapuh, ketimbang kekuasaan yang tak tampak namun kekal.

Kita lebih takut kepada Firaun yang bisa memindahkan kita dari jabatan, dibanding Tuhan yang bisa memindahkan kita dari dunia.

Maka esai ini adalah ajakan---bukan untuk melawan kekuasaan, tapi untuk menyadarkan bahwa ada kekuasaan yang jauh lebih tinggi, lebih abadi, dan lebih adil: kekuasaan Tuhan. Jangan biarkan rasa takut kepada manusia mengalahkan rasa takut kepada Sang Pencipta. Sebab manusia hanya bisa menakut-nakuti, tapi Tuhan-lah yang menentukan segalanya.

Kita bisa tunduk pada aturan manusia, tapi jangan sampai melupakan hukum langit. Kita bisa hormat pada atasan, tapi jangan sampai lupa sujud kepada Tuhan.

Karena pada akhirnya, Firaun hanya legenda, tapi Tuhan adalah kenyataan.

CMIIW.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun