Babak baru kehidupanku akan segera dimulai, dengan bertemunya kedua orang tua kami, menyatakan keseriusan hubunganku dengan Dani. Pertemuan mereka diliputi dengan suasana yang santai karena mereka berteman sejak kecil. Sehingga lebih banyak terkesan seperti sebuah reuni teman lama. Tanpa niat awalpun mereka akhirnya bisa menjadi besan dan keluarga besar, karena hubungan aku dengan Dani.
Setelah pertemuan itu kami semakin intens berkomunikasi untuk persiapan pernikahan kami. Tak jarang kalau ada waktu senggang akupun bertemu langsung dengan Dani di desanya. Semakin hari semakin dekat ke hari yang ditunggu tersebut. Segala kebutuhan untuk acara resepsi dan akad nikah sudah kami persiapkan dengan dibantu kedua orang tua Dani. Karena memang acaranya akan diadakan di kediaman Dani.
29 Januari 2004 merupakan tanggal bersejarah buat kehidupan kami. Pada hari itu kami akan melangsungkan akad nikah, tentu saja dengan dihadiri seluruh keluarga besar kami. Tidak sabar kami menunggu hari itu. Aku sendiri sudah mengajukan cuti selama 2 pekan untuk acara tersebut. Waktu yang menurut aku sudah cukup lama, karena aku tidak pernah cuti melebihi 2 hari.
Hari yang dinantikan akhirnya tiba, aku pulang ke desa dengan kedua orang tuaku dan beberapa sanak keluarga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Sementara keluarga besar lainnya sudah menunggu di desa. Nenek ku menjadi orang yang sibuk mempersiapkan segala keperluannya. Karena di rumah beliau lah kami berkumpul sebelum berangkat ke kediaman Dani. Terlihat juga di kediaman Dani tidak kalah sibuknya, karena untuk menyambut tamu tentu saja harus sebaik mungkin. Itulah kehidupan di desa, seluruh warga akan saling membantu jika ada hajatan atau keperluan.
Aku sangat senang dengan suasana yang ramai dan guyub dari kedua belah keluarga. Baik dari keluargaku maupun dari keluarga Dani sudah saling mengenal, jadi sudah tidak asing lagi kamipun saling membaur. Para pemuda dan pemudi desapun banyak yang membantu termasuk Ami sahabat kami, walaupun pernah di tolak oleh Dani, tetapi dia berjiwa besar dan menerimanya dengan lapang dada. Kamipun larut dalam suasana gembira bersama.
Acara resepsi kami berlangsung cukup meriah karena ayah Dani banyak mengundang koleganya dari kalangan dunia trasnportasi. Banyak sekali para pemilik perusahaan otobus yang datang ke acara kami. Raut wajah semringah terpancar juga dari wajah Dani, membuatnya semakin nampak cantik di acara resepsi pernikahan kami ini. Kami bagai raja dan ratu saat ini, banyak yang samar saya dengar juga dari para tamu undangan menyatakan ketakjub an nya kepada kami sebagai pasangan yang serasi. Kami di sebutkan bagai pangeran dan putri raja yang sedang melangsungkan acara resepsi pernikahan.