Langit Jakarta tiba-tiba mendung, padahal tadi matahari sangat cerah. Hal itu yang membuatku refleks membuka tirai jendela kaca tempatku bekerja untuk memastikan. Matahari memang meredup, tetapi ada hal lain yang tak kalah mengejutkan. Langit dipenuhi oleh benda kecil yang melayang-layang di udara. Ada perayaankah?
Ternyata bukan hanya aku yang menyadari hal ini. Rekan-rekan kerjaku juga tak kalah heboh bahkan berlarian turun ke lantai dasar. Masih tak beranjak dari tempatku berdiri, aku melihat orang-orang mulai memenuhi jalanan. Tiba-tiba banyak orang berkumpul seperti sedang pawai atau seperti sedang menyambut orang besar.
Aku masih mengamat-amati sebenarnya benda apa yang mengundang kehebohan ini. Dari kejauhan seperti burung-burung walet yang kegirangan menyambut hujan, sedangkan dari jarak yang dekat seperti kertas. Kertas sebanyak ini? Untuk apa dihambur-hamburkan begitu dan mengotori seisi kota?
***
Kamu merasa jelek? Undangan ini khusus buat kamu.
Abaikan jika kamu sudah merasa tampan dan cantik
Sampai bertemu di Tugu Monas
Seorang reporter teve membacakan kertas yang ada di tangannya. Rupanya kertas itu adalah semacam surat undangan dari seseorang atau mungkin sebuah perusahaan dengan memilih cara tersebut sebagai teknik pemasaran mereka. Sampai berita tersebut ditayangkan, belum diketahui siapa dibalik pembuat kehebohan tersebut. Yang pasti, momen ini berhasil menyingkirkan kepenatan. Undangan tersebut menjadi trending topic di kantor maupun media.
"Bagaimana, Mel? Kau ikut, kan?" Resti menyenggol.
"Buat apa? Kayak kurang kerjaan aja," kataku cuek.