Saya masih bisa mengingat dengan jelas tatkala Bapak mengajak saya untuk membeli roti bakar bandung, kala itu saya masih berseragam putih biru.Â
Satu hal yang selalu saya herankan saat itu adalah, Bapak tidak pernah sekalipun memesan Roti Bakar dengan pugas keju, selalu yang dipilih adalah roti bakar biasa dengan pugas coklat meises, selai stroberi dan nanas.
Ada pertanyaan yang sungkan untuk saya tanyakan, mengapa Bapak tidak pernah sekalipun membeli roti bakar keju, padahal keju adalah salah satu kenikmatan bagi saya, apalagi ketika telinga saya menangkap pernyataan dari seorang penjual leker yang berkata "keju itu mahal".Â
Kala itu harga Roti Bakar biasa dibanderol Rp. 8.500, Roti Bakar Kombinasi (Keju, Coklat, Selai) Rp 11.000 dan Roti Bakar Spesial Keju (Rp. 15.000).
Alih-alih saya merengek, lalu saya berinisiatif untuk membawa uang yang merupakan sisa uang saku, dengan harapan saya bisa mencicipi Roti Bakar Keju hari ini, saat saya dan Bapak tiba di gerai Roti Bakar, saya matur ke Bapak "Pak, beli yang ada kejunya," lalu saya berikan uang 5.000 itu kepada Bapak, dan sukseslah saya pada hari itu, di mana saya bisa menikmati Roti Bakar Keju.
Gara-gara hal tersebut, kini saya menjadi orang yang teramat sangat menikmati keju, saat saya membeli martabak keju, saya tidak akan biarkan serpihan keju tersisa di dalam kotak martabak, akan saya kored-kored hingga sisa serpihan keju terakhir jika tidak ada siapapun yang menghabiskannya.
Ternyata keju adalah salah satu kebahagiaan bagi saya, karena saat itu yang ada dalam pikiran saya, keju adalah makanan mahal dan mewah, dan ternyata kedua orang tua saya memang tidak menyukai keju karena bagi mereka keju adalah makanan yang aneh dari segi rasa dan aroma.
Hal ini menyadarkan saya bahwa untuk mewujudkan keinginan, harus ada sesuatu yang dibayar, padahal saat itu bisa saja saya menerima apa adanya, roti bakar biasa dengan pugas yang menjemukan.
Dalam hidup ini rupanya ada 2 hal yang akan kita jalani, yakni, menerima apa yang ada atau membayar sesuatu yang kita inginkan. Tentunya dengan tetap memahami konsekuensi, bahwa semakin banyak keinginan maka semakin banyak pula yang harus dibayar.