Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelah Tidak Tinggal di Sini

30 Maret 2022   14:22 Diperbarui: 31 Maret 2022   17:35 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pdnpulse.pdnonline.com/2018/05/poverty-tourism-travel-photography.html

" Bukankah kamu ingin menunjukan isi kepalamu padanya seketika itu juga?"

" Benar pak" saya menyodorkan air putih yang saya timba di sumur warung langganan bapak. Sebenarnya tidak baik memberikan air mentah pada orang sakit. Tapi air bersih tak sanggup kami beli, sudah di perbolehkan menimba dari di sana saja alhamdulillah.

" Pergilah dari sini nak, klumus anakku,tidak ada masa depan di sini. Pergi dan bawa larilah gadis yang kau taksir itu. Saya berani bertaruh orang tuanya akan senang sebab bebannya pindah padamu. Saya dengar lelah datang kemari dan saya akan menjamunya demi kebaikan umat ini"

Tiba-tiba bumi berguncang, suara buldoser meraung-raung. Belum sampai terbit matahari pagi, sudah muncul gunung baru di hamparan tanah lama. Bukit-bukit menjadi gunung dan gunung-gunung ditimbun sampai menjulang. Manusia modern memang lebih sakti daripada bandung bondowoso.

" Bapak lelah nak"

Kata yang sering saya nantikan keluar dari mulut bapak saya yang perkasa ini dan sampai sebelum malam ini datang kata itu tidak pernah terucap. Saya duduk tepekur, mendengarkan pesan bapak yang mungkin saja adalah pesan terakhirnya, sama seperti pesan ibu saat akan pergi.

" Tentu tuhan menciptakan lelah ada maksudnya, bapakmu ini yang tidak tahu membacanya. Lelah adalah pertanda, bersahabatlah dengannya tapi jangan terlalu dekat. Sewajarnya saja dalam berteman. Lelah akan membantu mu menemukan jalan lain, menemukan tempat lain, berjuang demi keinginan lain dan menikmati istirahat."
" Kau ingat bapakmu ini pernah menolak lelah ?, tidak ada untungnya!"
" Jika tahu lelah seindah ini, tidak akan aku mengusirnya. Ibumu juga berkata lelah sebelum meninggalkan kita

" Dan sejak itu bapak mencari-cari siapa lelah sebenarnya" tanyaku.
Bapak mengangguk, kemudian melanjutkan.

" Pergilah dari sini nak!. Tidak ada masa depan disini"
" Lihatlah dia sudah ada disampingku sekarang. Tidak kah kau lihat anakku

Datang seorang perempuan tua keriput dengan mata sayu dan baju compang-camping mendekap bapak, Membelainya seperti ibu membelaiku waktu dulu.

" Ternyata lelah sosok yang cantik , persis seperti ibumu"
" Aku senang kamu datang kemari lelah" kata bapak sambil menikmati belaian perempuan misterius itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun