Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelah Tidak Tinggal di Sini

30 Maret 2022   14:22 Diperbarui: 31 Maret 2022   17:35 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pdnpulse.pdnonline.com/2018/05/poverty-tourism-travel-photography.html

                                                                                      **
Sebungkus nasi berhasil saya bawa pulang. Hasil penjualan kardus dan botol bekas, tak tau lah setelahnya bakal dipakai untuk apa, yang jelas perut saya dan bapak harus terisi malam ini. Seandainya saya jual sepeda yang tadi saya temukan, saya akan ungkang-ungkang selama dua hari tak perlu memulung.

Tapi bapak akan ngomel, sebab bagi-nya itu masuk ke ranah malas, dan malas timbul karena lelah dan lelah adalah musuh besarnya. Tidak rela bapak membiarkan anaknya berpihak pada musuh.

Untung bapak punya langganan penjual nasi. Sedari dulu bapak dan ibu sering berlama-lama menghabiskan waktu di warung itu kenang bapak sambil makan. 

" Tempatnya tersembunyi, cocok sebagai tempat orang-orang seperti kami" katanya

" Saya juga sering lari kesana waktu ada razia" saya membenarkan

" Bapak bangga padamu mus"

" Makan pak, sudah waktunya bapak berjaya kembali" saya mempersilahkan, bapak meng awe-awe kearah saya untuk ikut menyatap nasi

" Baiklah nak, sekarang ceritakan tentang gadis yang tadi kamu temui?"
" Bagaimana bapak tahu?"
" Matamu memberitahukannya"
" Bagaimana bisa mata menyampaikan berita pak?"
" Jangan meremehkan bapakmu ini, anak muda. bukankah dia cantik?"

saya mengangguk

" Bapak juga mengalami nya saat bertemu ibumu, Bukankah kamu tahu begaimana gerak-geriknya seperti sedang melihat masa depan he ?. Bukankah kamu merasa pernah melihatnya di masa lalu ?, Bukankah kamu ingin "

Kalimatnya berhenti dihadang batuk yang berkelompok. Bapak sampai susah mencari nafasnya setelah pengeroyokan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun