Mohon tunggu...
Rangga Aris Pratama
Rangga Aris Pratama Mohon Tunggu... Buruh - ex nihilo nihil fit

Membaca dan menulis memiliki kesatuan hak yang sama, seperti hajat yang harus ditunaikan manusia setelah makan dengan pergi ke toilet setiap pagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Waktu Dan Pohon Mangga

27 Januari 2022   14:25 Diperbarui: 16 April 2022   11:20 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Di suatu tempat di pekarangan rumah, tumbuhlah dua pohon mangga yang saling berdekatan. Keduanya menjadi sahabat ,saling menguatkan, dan tumbuh menjadi pohon mangga dewasa.

Tidak jarang mereka saling berbagi air satu sama lain. Keduanya tumbuh secara alami dari biji yang kebetulan terkubur kedalam tanah, lain hal-nya dengan beberapa pohon di pekarangan itu yang sengaja ditanam dari tunas cangkok. Terang saja pemilik pekarangan hanya memberikan cukup air untuk tanaman yang benar-benar ia tanam.

Maka kedua pohon malang ini terpaksa merasa cukup dengan air hujan, atau jika pemilik pekarangan punya sedikit sesisa air di embernya dia akan berbelas kasih dengan kedua pohon malang itu.

Keduanya kemudian tumbuh menjadi tunas dan perlahan menjulang kokoh sebagai pohon mangga dewasa setelah beberapa waktu berlalu. Pekarangan itu kini ramai di tumbuhi pohon mangga dan kini disebut kebun mangga oleh beberapa orang yang lalu lalang di sekitar sana.

Tak jarang anak-anak kecil memanjat ke beberapa pohon mangga sambil sekedar bersantai ataupun bergelantungan di lengan-lengan pohon. Sekaligus memetik buah mangga secara diam-diam.

Sering pemilik kebun meneriaki anak-anak itu dari kejauhan sambil mengacungkan sapu, lalu berhamburanlah mereka tunggang langgang karenanya, walau esok harinya dilakukanya lagi seperti itu.

Kedua pohon mangga yang malang itu hanya mengamati dari jauh, mereka berharap suatu hari akan di panjat juga oleh anak-anak yang riang gembira itu. Keduanya heran, walau masih belum berbuah toh keduanya tetaplah pohon yang kokoh untuk dipanjat. 

“Kenapa anak-anak itu tidak mau memanjat kita ya ?”, tanya pohon 1 kepada pohon 2

 “Entahlah, mungkin suatu hari kawan” kata pohon 2

Semua pohon mangga di kebun mangga sudah berbuah kecuali mereka berdua, walaupun pohon-pohon disana tidak mengejek mereka seperti kabar yang disebarkan beberapa burung telah terjadi di tempat lain.

Kedua pohon mangga ini tetap merasa sedih, apa lagi si pemilik kebun mangga tetap tidak memperhatikan keduanya, bahkan melakukan perbuatan keji dengan membuang kotorannya di pangkal pohon mereka setiap pagi.

      Tetapi pada suatu pagi tandan buah mangga muncul di beberapa tangkai kedua pohon mangga itu, bukan main gembira keduanya juga si pemilik kebun mangga yang tanpa sengaja menyadarinya setelah hajatnya terpenuhi.

Kemudian pohon-pohon mangga di kebun mangga itu mulai memberikan selamat kepada mereka berdua dengan melambaikan daun-daun. 

Kedua pohon itu kemudian ramai di penuhi oleh buah-buah mangga mereka. Kedua pohon mangga ini ternyata menghasilkan buah yang jauh lebih manis di bandingkan pohon-pohon manga lain di kebun itu.

Setidaknya itu juga yang dikatakan oleh orang-orang yang pernah mencicipi buah mereka, terutama pohon 1 karena memang memiliki buah yang paling besar dan paling manis di bandingkan pohon lain di kebun mangga, Pohon 2 memang memiliki buah yang tidak kalah manis, hanya saja ukuran buah mangga pohon 1 memang luar biasa besar.

Saking bangganya si pemilik kebun tentang mangga nya itu sampai-sampai setiap kali ada orang yang lewat di depan rumahnya di panggilnya mereka untuk sekedar menyombongkan buah mangga dari pohon 1 ini.

     Orang - orang dari luar daerah pun ramai-ramai datang sekedar membuktikan cerita yang tersebar. bahkan ada yang menulis berita tentang pohon mangga super yang kesohor ini di koran kota.

Sanjungan dari manusia ini kemudian membuat pohon 1 menjadi sombong, setiap hari bertambahlah kesombonganya oleh pujian-pujian.

“ Lihatlah kalian semua sekarang aku adalah pohon mangga yang paling di puja di seluruh dunia” kata pohon 1 dengan angkuhnya.

mendengar perkataan itu pohon-pohon lain di kebun mangga menjadi jengkel, bukan karena iri hanya saja bagi mereka ungkapan itu terdengar tidak pantas diutarakan oleh pohon. Lain halnya jika itu keluar dari mulut manusia yang semuanya saja tahu tabiat buruknya. Biar begitu pohon 2 tetap menjadi sahabat yang baik bagi pohon 1 

“iya kawan, aku bahagia untukmu” kata pohon 2.

       Lalu terdengar berita bahwa akan datang beberapa orang dari kota yang ingin membeli benih pohon 1 kepada pemilik kebun. Kemudian si pemilik kebun mulai mencangkok lengan - lengan pohon 1, akan tetapi semua cangkoknya gagal.

Tidak kalah akal pemilik kebun kemudian mencangkok pohon 2 sebagai gantinya, sambil tetap berkata kepada orang-orang kota itu bahwa yang mereka dapat adalah hasil cangkok dari pohon 1.

“Alirkanlah kambium di lenganmu yang di cangkok itu kawan, jangan biarkan kejayaan kita dimiliki pohon lain” kata pohon 1 memberi perintah.

“Biar saja kawan kita tidak selamanya menghasilkan buah” jawab pohon 2.

“Itu mungkin terjadi padamu tidak padaku, aku adalah raja dari semua pohon mangga, kau lihat buah-buahku?” kata pohon 1, kata yang mengakhiri perbincangan mereka selamanya.

        Setelah beberapa waktu berlalu pohon-pohon mangga di kebun manga itu sudah berhenti berbuah dan mulai ditebang oleh pemilik kebun kecuali kedua pohon mangga yang kini tidak saling bertegur sapa itu.

Si pemilik kebun sudah tak semuda dulu, anak-anak yang dulu sering bermain di pohon mangganya pun sudah beranjak dewasa dan lebih sibuk dengan pembelajaran mereka di sekolah.

Kemudian tersebar kabar dari kota bahwa ada pohon mangga yang berbuah sangat manis dengan ukuran yang super besar seperti yang pernah dialami oleh pohon 1. mendengar kabar itu pohon 1 tidak mau mengakui kekalahannya dan tetap berusaha berbuah mesti tidak lagi semanis dan sebesar dulu. 

Pohon 2 kini tidak lagi berbuah dan mendiamkan akarnya. Kemudian pohon 2 berucap pamit kepada pohon 1

“siklus hidup kita sudah terpenuhi kawan, mari kita berkati perjuangan benih-benih itu untuk tumbuh, seperti kita dulu”.

”Persetan denganmu” jawab pohon 2 yang tetap semangat untuk mengembalikan kejayaanya di masa lalu, ia terus tumbuh menjadi pohon mangga yang menjulang tinggi dan rimbun walau tetap tanpa buah. 

       Kemudian orang-orang mulai berbicara tentang pohon yang keramat yang di diami setan-setan.

 “wit pelem kuwi akeh setan e ojo penekan nang kono” kata seseorang dalam bahasa jawa,

“ojo nguyoh nang ngisor wit kuwi” kata orang lain lagi. 

“ hooh wingi aku nguyoh nang kono langsung ra iso nguyuh sedino” kata yang lain membenarkan sambil minum-minuman gula berwarna merah. 

        Pemilik kebun mangga itu kini tak lagi tinggal disana setelah di bawa anaknya untuk tinggal bersama di kota. Pohon mangga itu tetap disana sendiri dan terlihat semakin angker. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun